Bermain Peran Ala Parallab
Tak mudah menirukan gaya orang lain, terlebih ketika Anda telah punya gaya sendiri
2 Mar 2012


Ada yang menarik di ulang tahun keenam Artsphere, galeri seni milik Maya Sujatmiko yang menghuni Dharmawangsa Square. Sembilan perupa asal Bandung yang tergabung dalam kelompok Parallab bermain peran, dan membuat karya dengan gaya kolega mereka. “Meniru itu bukan perkara mudah, mengingat masing-masing seniman sudah punya gaya khas mereka sendiri. Saya melihat sendiri bagaimana mereka semua harus bergulat dengan persoalan identitas yang harus ditekan. Tapi proses menuju pameran ini adalah saat-saat yang seru dan menyenangkan,” Mia Maria, kurator pameran bertajuk A Role Play itu menjelaskan. Dan memang, karya-karya hasil ‘ganti peran’ yang ditampilkan oleh Albert Yonathan, Budi Nugroho, Dita Gambiro, Faisal Habibi, Radi Arwinda, Tisa Granicia, Wiyoga Muhardanto, Yuki Agriadi, dan Yusuf Ismail begitu segar. Menerka siapa mengerjakan karya siapa bukan perkara mudah di pameran yang berlangsung sejak 16 Februari hingga 17 Maret mendatang ini. “Kami melakukan arisan untuk menentukan siapa mengerjakan karya siapa,” Mia menjelaskan. Monster Petpet yang jadi ciri khas Radi dikerjakan sangat mirip oleh kolga yang tak tertebak siapa. Begitu pula video seni Yusuf Ismail, atau keramik Tisa, sulit ditelusuri jejak pembuatnya, meski berkali-kali Mia mengatakan kita tetap dapat menemukan jejak sang pembuat. Namun baik Mia mau pun kesembilan seniman menolak istilah ‘meniru’ untuk teknik yang mereka kerjakan. “Ini justru seperti sebuah penemuan baru dari hasil interaksi dua identitas,” tandas mereka. Sebelum berpameran bersama dalam A Role Play, Parallab juga pernah membuat sebuah proyek yangdiberi nama Seni Rupa Gini-gini Saja. (ISA)

Foto: Dok: Artsphere

 

Author

DEWI INDONESIA