Daur Karya Agus Suwage
Sejumlah pencapaian estetiknya akan ditampilkan dalam pameran tunggal teranyar
10 Apr 2012


Sembilan telinga menempel di sebidang dinding yang terbangun dari susunan batu bata berbahan seng. Sayup azan akan terdengar bila kita mendekatkan telinga ke telinga-telinga di dinding itu. “Kalau sayup-sayup sampai, saya tersentuh sekali mendengar azan. Berbeda kalau terdengar adari pengeras suara tiga mesjid yang ada di dekat studio saya. Suara bersahutan dalam volume maksimal menurut saya justru mengurangi kesyahduan dan rasa menyentuh yang harusnya bisa kita rasakan ketika mendengar azan. Tapi kalau kita komplain soal itu, pasti dianggap tidak menghormati lembaga agama. Akhirnya, kebanyakan kita memilih untuk mentoleransi hal itu,” kata Agus Suwage tentang karya berjudul Dinding Toleransi. Instalasi itu merupakan satu dari lima karya yang akan dipamerkan dalam pameran bertajuk Daur yang akan dibuka pada 17 April mendatang.

Dilaksanakan di Nadi Gallery, Jakarta, pameran yang dikuratori Enin Supriyanto itu akan membawa kita menelusuri hampir seluruh ciri yang pernah tercipta sepanjang karier kreatif Agus. “Dalam lima karya yang dipamerkan nanti, tersemat bentuk-bentuk yang pernah saya gunakan pada periode tertentu. Bentuk bata yang saya pakai di Dinding Toleransi, misalnya, bisa ditemui dalam karya-karya awal saya, begitu pula material seng yang saya gunakan. Sudah pernah saya pakai di beberapa karya sebelumnya,” seniman kelahiran Purworejo, pada 14 April ini menjelaskan. Sama dengan ide yang didaur ulang, material yang dipakainya pun sebagian besar adalah barang-barang bekas pakai seperti botol-botol bir yang ada pada karya berjudul Ave Maryam.

Bagi Agus sendiri, apa yang ia lakukan memang menyerupai sebuah ‘perjalanan spiritual’. Permenungan tentang persoalan-persoalan sublim dan esensial dalam kehidupan seperti agama, eksistensi manusia mewarnai kelima karyanya. “Filosofi hidup saya pun mungkin bisa terbaca di sana,” katanya. Permenungan, memang pula merupakan bagian dalam daur hidup manusia. Tiap tahap dalam daur itu menumbuhkan sejumlah nilai yang menuntun seorang manusia menuju tahap hidup berikutnya. Daur seperti itu pula yang barangkali tengah terjadi dalam karya-karya Agus. Kita tunggu saja kelanjutannya. (ISA)

Foto: ISA

 

Author

DEWI INDONESIA