Dewi Daya: Aerli Rasinah Cucu Mimi Rasinah Lestarikan Tari Topeng Indramayu
Aerli Rasinah mempersembahkan hidupnya untuk melestarikan nyawa Tari Topeng Indramayu.
17 Apr 2015


Sejak awal Aerli Rasinah tahu bahwa menyerahkan diri pada tari akan memberinya tantangan yang tak sedikit. Terlebih ketika kini ia menjadi ujung tombak perjuangan yang sebelumnya dipegang oleh neneknya. Seketika, urusan yang harus ia tangani bukan hanya persoalan dirinya sendiri. “Setelah tidak ada Mimi Rasinah saya harus berjuang sendiri memperkenalkan kesenian ini ke mancanegara dengan sekuat tenaga dengan dukungan pemerintah yang sangat minim,” kata Aerli. Tak hanya itu saja. Kendala nyata yang ia hadapi juga menurunnya minat masyarakat untuk menampilkan Tari Topeng Indramayu di berbagai acara mereka. Untuk mengatasi itu, Aerli Rasinah memakai peluang sekecil apa pun untuk bisa mementaskan tari Topeng, bahkan hingga acara ulang tahun anaknya.

Namun bukan berarti juga tak ada apresiasi atau perhatian dari kelompok lain. “Tahun baru kemarin, anak-anak sanggar pentas dengan dalang wayang Prof Matthew Isaac cohen dari International Royal Hooloway University of London,” Aerli bercerita. Hal itu terbukti mampu membuat anak-anak didik Aerli bersemangat belajar. “Kami juga bergerak membuat komunitas penggerak pariwisata tingkat desa yang sekarang menjadi desa Wisata,” katanya lagi. Sejak 2004, Aerli Rasinah telah mulai melanglang buana bersama neneknya memberikan workshop ke universitas-universitas di Inggris. Sempat pula ia menggantikan Mimi Rasinah untuk menari Topeng di Kanada. Setelah Mimi Rasinah tidak ada, Aerli tetap mengupayakan agar Tari Topeng Indramayu bisa tampil di mancanegara misalnya saja ketika ia berpentas bersama Miroto, Sri Qadariatin dan Budi Hariyanto di Belanda.

Semangat Aerli kembali menyala, terlebih setelah pada 14 Maret 2008 Mimi Rasinah menahbiskan cucunya itu sebagai penerusnya, “Tentu saja saya sangat bangga. Kepercayaan itu sangat sulit didapat. Karena untuk menjadi dalang topeng harus ada kriteria dan syarat yang harus dipenuhi yaitu semangat yang kuat dan pantang menyerah.

Tahun 2014 lalu, Aerli membuat sebuah padepokan tari untuk mengatasi ruang latihan sebelumnya yang sangat terbatas. Ia juga memiliki mimpi besar untuk menjadikan Tari Topeng Indramayu sebagai solusi untuk berbagai permasalahan sosial yang terjadi di lingkungannya. “Misalnya, berusaha mengurangi pengangguran dengan membuat souvenir topeng, meningkatkan penjualan makanan tradisional Indramayu ketika ada kunjungan tamu dari daerah lain atau mancanegara, juga meningkatkan kemampuan berbahasa orang Indramayu jadi lebih baik lewat pertemuan dengan banyak mahasiswa baik nasional mau pun internasional,” kata Aerli Rasinah yang juga berharap bisa terus berkeliling daerah dan mencari bibit-bibit baru penari topeng.  (ISA) Foto: Dok. Dewi

 

Author

DEWI INDONESIA