Dua Penghargaan Sastra untuk Linda Christanty
Kisah tentang seekor anjing yang mati tertembak di Bala Murghab, Afghanistan membawa Linda Christanty ke ajang penghargaan sastra bergengsi di Asia Tenggara dan Badan Bahasa di Indonesia.
3 Oct 2013


Penghargaan sastra bukanlah hal baru bagi Linda Christanty. Kumpulan cerpen pertamanya, Kuda Terbang Maria Pinto memenangi Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2004. Begitu pula kumpulan cerpen berikutnya, Rahasia Selma yang diterbitkan pada 2010 memenangi KLA di tahun yang sama. Pencapaian itu masih pula diimbuhi dengan penghargaan-penghargaan lain semisal Penghargaan Prosa Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional pada 2010 untuk kumpulan esai politik dan budayanya Dari Jawa Menuju Atjeh dan penghargaan Esai Terbaik Hak Asasi Manusia pada 1998 untuk esainya yang berjudul "Militerisme dan Kekerasan di Timor Timur". 

Namun ketika menerima kabar kumpulan cerpen ketiganya, Seekor Anjing Mati di Bala Murghab menjadi salah satu karya sastra yang dipilih menjadi penerima Southeast Asian Writers Award (S. E. A. Write Award) 2013, sekaligus juga Penghargaan Prosa Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Linda tak bisa menyembunyikan bungah hatinya. Namun berbeda dari yang diduga siapa saja, Linda bukan sekadar berbahagia atas pencapaiannya.  “Saya lebih melihat penghargaan ini sebagai penghargaan untuk sastra Indonesia ketimbang sekadar penghargaan untuk saya sebagai individu. Lebih jauh lagi, saya melihat penghargaan ini sebagai inspirasi untuk melahirkan karya-karya bermutu Asia Tenggara dan membuat kesusastraannya mempengaruhi sastra dunia. S. E. A Write yang saya terima ini saya anggap sebagai bukti adanya nilai strategis yang dimiliki sebuah karya sastra,” kata Linda, yang akan menerima penghargaan itu di Bangkok pada 14 Oktober 2013 mendatang.

Penulis kelahiran Pulau Bangka ini menambah deretan nama sastrawan Indonesia penerima penghargaan yang digagas oleh pemerintah Thailand untuk mengapresiasi karya-karya terbaik penyair dan penulis di negara-negara ASEAN.  Linda mengatakan,  S. E. A. Write Award tahun ini menjadi momen untuk pertama kalinya seluruh sastrawan dari seluruh negara ASEAN akan menerimanya sepanjang 35 tahun usia penghargaan tersebut. “Biasanya ada saja negara yang sastrawannya tidak menerima penghargaan ini atau dengan kata lain, tidak ada karya dari negara tersebut yang menerimanya. Tahun ini, semua negara punya wakil,” Linda menjelaskan. “Melalui penghargaan ini, kita dapat mengenal dan mengapresiasi karya-karya terbaik Asia Tenggara dan mungkin menjadi sebuah strategi agar karya-karya sastrawan ASEAN bisa menjadi lebih mudah diakses oleh pencinta sastra di berbagai belahan dunia. Sebab setiap kali saya pergi ke negara-negara di luar ASEAN, sulit sekali menemukan buku-buku dari penulis-penulis di wilayah ini di toko buku negara-negara tersebut. Berbeda sekali dengan buku-buku dari penulis negara Asia lain seperti India, Jepang, atau bahkan, buku dari wilayah sengketa seperti Khasmir saja bisa dengan mudah didapatkan di toko buku di Amerika,” pungkas Linda. (ISA), Foto: Dok. Dewi

 

Author

DEWI INDONESIA