Galau Hati Esthi Susanti
Antara kegalauan berubah menjadi kebanggaan, itulah perasaan Esthi saat menerima penghargaan SK Trimurti Award
10 Aug 2012


Aktivis HIV/Aids yang bermukim di Surabaya, Esthi Susanti Hudiono mendapatkan penghargaan SK Trimurti Award 2012. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) bagi para jurnalis atau aktivis perempuan yang berjuang dalam menyebarkan kesetaraan jender dan kebebasan pers. Dalam hal ini, Esthi yang merupakan Direktur Eksekutif Yayasan Hotline Surabaya, adalah pembela HAM yang menjadi motivator bagi masyarakat melalui kepeduliannya pada ranah pekerja seks yang saat itu masih tabu.

Yayasan Hotline Surabaya berawal dari sebuah rubrik di Harian Surya yang diasuh Esthi sejak tahun 1989, dan menjadi tempat konsultasi masalah HIV/Aids. Saat itu, ia adalah wartawan di harian tersebut, dan akhirnya memutuskan keluar dan fokus pada masalah HIV/Aids dan reproduksi perempuan.

“Tapi terus terang saya galau,” katanya tiba-tiba. Rupanya beberapa waktu sebelumnya, ia mendapat penghargaan Kartini Award dari Universitas Airlangga, Surabaya. Lalu ia mendapatkan SK Trimurti Award. “Saya merinding karena harus memikul beban besar dari dua nama itu: Kartini dan SK Trimurti,” ucap lajang 53 tahun ini. Ia juga galau karena aktivitasnya di bidang HIV/Aids dan reproduksi belum juga tuntas hingga kini, sehingga perjuangan itu masih terasa panjang.

Namun galau itu segera hilang, akunya, saat ia bertemu dan diwawancarai oleh para wartawan sebelum acara penghargaan yang dilangsungkan di Galeri Nasional tersebut. “Penghargaan ini menjadi lebih istimewa karena berasal dari AJI, sebuah aliansi jurnalis yang idealis,” ia tersenyum. Akhirnya, keputusan untuk meninggalkan profesi jurnalis lebih bermakna demi kepentingan jurnalistik yang lebih luas. (RH) Foto: dok. dewi

 

Author

DEWI INDONESIA