Grateful Dead: Pameran Kematian di Bentara Budaya Jakarta
Kematian tak selamanya menakutkan. Di Bentara Budaya Jakarta, 17 seniman membuktikannya.
7 Feb 2013


1 / 2
Apa yang terbayang ketika mendengar kata kematian? Kebanyakan orang menghubungkannya dengan kehilangan dan kesedihan. Tapi ada juga yang menganggap kematian sebagai awal perjalanan baru sebuah jiwa ke dimensi yang lebih tinggi. Maka tak semua budaya menerima kematian dengan duka cita berkepanjangan. Di Indonesia cara pandang terhadap kematian pun beragam. Suku tertentu menjadikan kematian sebagai awal perkabungan untuk jangka waktu tertentu, sementara suku lain merayakan kematian dengan kemeriahan pesta. Sebut saja Toraja atau Bali. Di dua daerah itu, upacara kematian merupakan pesta penghormatan pada jiwa-jiwa tetua mereka.

Kekayaan tafsir terhadap kematian  ini membuat direktur Bentara Budaya Jakarta (BBJ) Hariadi Saptono dan Ipong Purnama Sidhi yang didukung taman pemakaman San Diego Hills menggagas pameran bertajuk Grateful Dead. “Kami ingin mengajak masyarakat melihat sisi lain kematian. Fase yang pasti akan dialami makhluk hidup mana pun, bahkan negara, dan sistem politik ini tak selamanya identik dengan kesedihan dan perkabungan. Ia bisa juga menandai awal perjalanan baru,” kata Ipong.  Tema kematian pun disodorkan pada 17 seniman yang pada 23 Januari lalu diajak mengunjungi taman pemakamanan seluas 500 hektar di Karawang Barat tersebut. “Kami mengadakan sesi melukis on the spot dan ke-17 seniman itu mengolah tema serta merespon apa yang mereka lihat dan rekam di San Diego Hills,” Ipong mengisahkan.

Mochtar Riady, pemilik San Diego Hill yang ingin mengubah pandangan masyarakat tentang taman pemakaman yang kumuh dan angker, akan membuka pameran Grateful Dead pada Kamis (7/2) malam ini. Sekitar 40-an karya para seniman akan bisa dinikmati masyarakat mulai Jumat (8/2) hingga Sabtu (16/2) mendatang di BBJ, Jl. Palmerah Selatan 17, Jakarta. (ISA), Foto: Dok. Bentara Budaya Jakarta     

 

Author

DEWI INDONESIA