Jelajahi dan Kenali Sejarah Solo Jawa Tengah Bersama Komunitas Blusukan Solo
Kenali lebih dekat kota Solo Jawa Tengah yang memang terkenal akan gudangnya sejarah, budaya dan bangunan bersama komunitas Blusukan Solo.
27 May 2015


Praktik blusukan tidak hanya dilakukan presiden Jokowi ketika masih menjadi Walikota di  Solo Jawa Tengah. Fendy Fawzi Alfiansyah, koordinator komunitas Blusukan Solo bersama dua orang kawannya juga melaksanakan praktik tersebut. Pada Februari 2012, mereka blusukan menyusuri sisa sejarah Kasunanan dan Mangkunegaran Solo. Semua berawal dari sebuah nama. Fendy ingin tahu arti di balik kata Solo. Setelah mengetahui bahwa nama tersebut diambil dari nama seorang cendekiawan, Fendy tertarik menelusurinya lebih dalam. Tak hanya soal cerita di balik nama, hal bersejarah lain telah menginspirasinya mendirikan komunitas Blusukan Solo. Setiap bulan, ia bersama 15 orang yang aktif dalam komunitas tersebut mengundang 50 hingga 150 orang untuk berjalan kaki mamaknai sejarah kota. Tim Blusukan Solo melakukan riset terlebih dahulu terhadap tempat yang hendak dikunjungi. Riset itu mencakup pendekatan terhadap masyarakat yang juga akan bertindak sebagai narasumber cerita ketika blusukan berlangsung. “Tempat-tempat yang kami kunjungi rata-rata adalah ndalem yang usianya lebih dari 200 tahun,” kata Fendy.

Setiap kegiatan memiliki peserta yang variatif. Ada kalanya peserta mencapai 150 orang. Ketika itu tempat yang dituju adalah daerah Laweyan di Solo Jawa Tengah. “Kami menyusuri makam pangeran-pangeran, ndalem Jimatan, bunker Laweyan, dan tempat pembuatan ledre,” kata Fendy. Di waktu lain, peserta hanya mencapai 10 orang. Padahal saat itu tema yang diangkat adalah “Mangkunegaran Pelopor Kota Modern”. Peserta diajak mengelilingi gedung dan rumah peninggalan dinasti Mangkunegaran, wilayah utara Solo Jawa Tengah yang menunjukkan perpaduan budaya timur dan barat. Percampuran budaya tersebut menyebabkan adanya gedung sebagai simbol kekuatan militer, taman kota yang ditata apik, tempat bagi kelompok studi filsafat, dan tempat siaran radio Solosche Radio Vereeniging yang melahirkan dinamika ragam kesenian Jawa. Di tahun ketiganya komunitas Blusukan Solo masih memiliki kendala seperti ketika mendatangi satu daerah yang masyarakatnya masih tertutup contohnya  kampung Kauman. Daerah yang banyak ditinggali saudagar batik ini punya masa lalu kelam karena pembantaian Partai Komunis Indonesia sempat terjadi di sana. Blusukan Solo tidak pernah khawatir akan kehabisan tempat menjelajah karena mereka percaya setiap daerah memiliki berbagai sisi yang menarik. Mereka berharap agar tempat-tempat tersebut nantinya bisa menjadi cagar budaya. (JAR) Foto: Dok. Blusukan Solo

 

Author

DEWI INDONESIA