Kisah Musisi Jalanan Penuh Warna
Film dokumenter Jalanan yang meraih penghargaan Busan International Film Festival tengah diputar di bioskop Jakarta.
20 Apr 2014


Titi, Boni, dan Ho, bersama sutradara Daniel Ziv dalam pemutaran perdana film Jalanan.
1 / 1
Film dokumenter Jalanan yang meraih penghargaan Busan International Film Festival 2013 untuk kategori Best Documentary, saat ini tengah diputar di sejumlah bioskop Jakarta. Dikatakan oleh Daniel Ziv, sutradara dan produser film Jalanan, film itu termasuk ke dalam 60an film yang masuk dan kemudian diseleksi menjadi 12 film, untuk kemudian keluar menjadi pemenang utama. "Baru pertama kali untuk film Indonesia menjadi pemenang di ajang tersebut," kata Daniel, saat ditemui pada pemutaran perdana film Jalanan di Epicentrum Walk, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jalanan
adalah sebuah film dokumenter sosial yang mengangkat cerita tentang dinamika kehidupan musisi jalanan alias pengamen, tentang harapan dan kenyataan mereka, dalam bungkus satir, drama, dan humor. Alih-alih membosankan, film dokumenter ini tampil begitu menyentuh sekaligus menghibur. Ada tiga tokoh yang memunculkan karakter kuat dengan kekhasan dan warna hidupnya masing-masing, yakni, Ho, Boni, dan Titi.

Daniel mengisahkan, pada awalnya ia adalah seorang wartawan (mantan Pemimpin Redaksi majalah Djakarta), yang kemudian bertemu dan berinteraksi dengan komunitas musisi jalanan Jakarta. Daniel yang asal Kanada dan sudah 14 tahun tinggal di Indonesia ini, terpesona pada cerita mereka yang orisinal, tergolong langka di Asia dan bahkan mungkin dunia, di mana ribuan pengamen bermusik untuk mencari nafkah di Jakarta. Sebab format artikel tulisan dinilai tidak cukup memadai, maka Daniel memutuskan menggunakan medium film untuk menceritakan potret kehidupan mereka. "Proses 'audisi' rahasia mencari tokoh yang kuat berjalan selama dua bulan. Saya keluar masuk naik Metro Mini, sampai akhirnya saya bertemu Ho, Boni, dan Titi," kata Daniel.

Proses syuting berjalan selama lima tahun, dan proses penyutingan serta pasca produksi selama dua tahun, sehingga dibutuhkan total tujuh tahun untuk merampungkan film dokumenter ini. Sebuah proses yang terbilang cukup lama, namun tak sia-sia sebab kemudian menghasilkan karya film yang menuai pujian banyak orang, baik kalangan umum maupun kritikus film. Hingga kini, Jalanan masih diputar di tiga bioskop, yakni, Grand Indonesia, Plaza Senayan, dan Blok M Square. "Belum tahu akan berapa lama umurnya film ini di bioskop, namun semoga penonton suka dan mendapat sambutan meriah, sehingga bisa diputar lebih lama dan di kota-kota luar Jakarta," kata Daniel. (DI) Foto: DI

 

Author

DEWI INDONESIA