Kota Gula
Dalam sebuah toko kelontong yang nyeni, Ruang Rupa menceritakan sejarah dan perjalanan industri gula di empat negara.
7 Dec 2012


Pengunjung tengah melihat-lihat merchandise The Sweet and Sour Story of Sugar dalam pameran Sugar Town Inc. di Galeri Seni Kuntskring.
1 / 4
Sejak 23 November lalu hingga 14 Desember 2012 ini, di Galeri Kuntskring hadir  sebuah toko kelontong dan kedai kopi istimewa. Mengapa istimewa? Sebab di dalamnya, bukan hanya kopi dan hidangan lezat dari Bistro Boulevard yang kini dikelola oleh Annette Anhar; pemilik jaringan restoran Tugu yang bisa didapati, tapi juga berbagai benda seni yang inspirasinya diambil dari catatan perjalanan industri gula di empat Negara. Toko kelontong dan kedai kopi yang dinamai Sugar Town Inc. itu sejatinya pula merupakan sebuah pameran fotografi dan senirupa yang menjadi bagian dari The Sweet and Sour Story of Sugar sebuah proyek kolaborasi institusi fotografi Belanda, Noorderlicht dengan ruangrupa.
Dikuratori Indra Ameng dan Julia Sarisetiati, The Sweet Anda Sour Story of Sugar merupakan sebuah proyek investigasi fotografi yang membandingkan proses globalisasi yang terjadi melalui komodifikasi gula di empat Negara yakni Belanda, Brazil, Indonesia dan Suriname. Di Indonesia sendiri, proyek ini dilakukan di dua kota, Jakarta dan Yogyakarta.  Tujuh seniman ruang rupa terlibat dalam Sugar Town Inc, yakni Henry Foundation, Rio Farabi, Saleh Husein, M. G. Pringgotono, Marishka Soekarna, dan Oomleo.  Lokakarya video yang diikuti Ajeng Nurul Aini, Dian Komala, Jayu Julie, Mira Febri Mellya, Natahsa Abigail Koetin, serta Raslena dan diskusi seputar sejarah industry gula di Indonesia dengan pembicara Andi Achdian, Martin Suryajaya, dan Jompet Kuswidananto juga digelar sebagai penyerta pameran ini. (ISA), Foto: ISA

 

Author

DEWI INDONESIA