Lampung Menafsir Mahabharata di Galeri Semarang
Perupa ini memamerkan karnaval adegan dari epos legendaris.
28 Jun 2013


Sama seperti alam dan cinta, cerita-cerita dalam pewayangan punya mata air yang tak henti mengalirkan inspirasi bagi mereka yang mencari. Darinya, selalu ada kisah yang bisa dituturkan kembali dengan berbagai cara. I Made Widya Diputra adalah salah satu pencari yang kali ini melabuhkan perhatiannya pada kisah-kisah pewayangan yang secara intensif ia amati.

Hasil pengamatan I Made Widya Diputra yang biasa disapa dengan nama kecil Lampung itu menjelma sepuluh patung yang ditampilkan dalam pameran tunggal bertajuk Carnival of Scenes di Semarang Contemporary Art Gallery. Dari berbagai kisah pewayangan, Lampung mengambil kisah Mahabharata dengan pertempuran Bharatayudhanya yang dahsyat sebagai acuan.

Tokoh-tokoh  Mahabharata, seperti Pandawa, Kurawa, Kunti, Drupadi, Kresna dan Bhisma serta adegan-adegan yang melibatkan mereka tetap membuat kita yang mengenalinya  meski Lampung dengan sengaja mengaburkan figur patungnya dalam bentuk gumpalan dakron, tetesan resin, lekukan silicon, lembaran kulit, bilahan besi dan berbagai material lain. “Inti cerita dari adegan itu yang ingin diungkapkan melalui tafsir visual yang bebas secara lebih personal,” kurator pameran, Bambang Toko Witjaksono, menuliskan dalam pengantarnya.

Kita seperti menghirup kharisma Pandawa dan membaui keserakahan Kurawa pada karya-karyanya. Kita seolah ditarik masuk ke dalam hati Kunti untuk merasakan kegelisahannya ketika kelima putranya berkeras berperang dengan keseratus sepupunya yang berbahaya. Kita juga dilekatkan ke dada Drupadi untuk mendengar debur dendam yang terpuaskan manakala bisa memenuhi janji mengeramasi rambut panjangnya dengan darah Dursasana.

“Pada sepuluh karya Lampung, kita seolah melihat sebuah karnaval adegan yang bisa menggambarkan siapa saja. Bisa saya, Anda, kita, mereka, atau orang lain,” Bambang mengatakan. Tafsir  Lampung juga terpatri pada detail ornamen dan  properti dari kisah yang menjadi acuannya. Bilah-bilah panah Srikandi titisan Amba dengan kokoh menopang tubuh Bhisma yang tergolek pasrah menjalani karma. Kereta Kresna adalah sebuah lori besi berkarat dengan empat roda besar yang menguarkan kegarangan.  Namun, Lampung memberi  kebebasan kepada penikmat karyanya untuk mencerap dan menafsir dengan bebas, sesuai pengalaman mereka. (ISA), Foto: Dok. Semarang Gallery

 

Author

DEWI INDONESIA