Menghadirkan Ketidakhadiran
Kata ?ketidakhadiran? belakangan ini jadi sering hadir dalam perbincangan masyarakat. Empat seniman menerjemahkan kata itu dalam karya rupa mereka.
10 Dec 2012


Ultraman, Abdi Setiawan
1 / 5
Abdi Setiawan, Fendry Ekel, Jumaldi Alfi, dan M. Irfan yang terlibat dalam pameran bertema A Sign of Absence di Edwin’s Gallery yang dibuka oleh Nonik Purnomo  Rabu (5/12) lalu. Dalam pameran yang akan berlangsung hingga Minggu (16/8) mendatang ini, keempat seniman mencoba menafsirkan isu tersebut ke dalam karya-karya mereka. Beberapa waktu lalu, ketika penyerbuan polisi ke gedung Komisi Pemberantasan Korupsi terjadi pada sebuah malam yang seharusnya sudah lengang, dan beberapa hari bahkan minggu setelah kejadian itu, istilah ketidakhadiran atau absen atau absence, menjadi kata yang menyelinap dalam banyak perbincangan masyarakat. Kepala negara yang kebetulan berada di luar negeri ketika penyerbuan terjadi, jadi soal penting. Ketidakhadirannya dipertanyakan.  Banyak yang bertanya, mengapa Negara  kerap tak ada manakala diperlukan. Masyarakat Indonesia yang penuh pengertian, umumnya memilih melakukan sesuatu semampunya , berusaha mengisi kekosongan yang harusnya diisi Negara. Ada yang melakukannya dengan ikhlas, tapi banyak pula yang terus bertanya, atau lebih tepatnya ngedumel  dan bertanya, “Di mana Negara?”

Kebetulan, menurut Aminudin T.H. Siregar yang menjadi kurator pameran ini, keempat seniman yang mengawali karier kesenimanan mereka di akhir decade 90-an adalah generasi yang tak hanya bertemu dengan berbagai perubahan politik, social, dan ekonomi, tapi juga menjadi bagian di dalamnya. Mereka, menurut Ucok –begitu panggilan Aminuddin- memengalami sendiri pergeseran yang terjadi pasca Orde Baru yang menumbuhkan realitas baru yang sama sekali berbeda. Mekanisme produksi dan reproduksi citra yang menopang realitas atas kemutlakan makna menjadi makin mustahil digambarkan. “Inilah realitas baru yang tengah mereka hadapi ketika sejumlah hal mulai politik, ideology, sejarah, esetetika, fungsi social seni absen dari wacana,” Ucok mengungkapkan. Dan lewat karya-karya dalam pameran ini, baik Abdi, Fendri, Alfi, dan Irfan menjelma menjadi anak-anak zaman yang tidak sepenuhnya merelakan seni sebagai sekadar citra yang berhenti pada symbol dan pelepasan artistic semata, tapi juga berusaha member rekomendasi baru yang layak dibaca dan dianalisa lebih jauh. (ISA), Foto: ISA, Dok. Edwin’s Gallery

 

Author

DEWI INDONESIA