Musa Widyatmodjo Jatuh Cinta pada Bayat
Kalau Itali punya Milan sebagai kota mode, Musa membayangkan Indonesia punya Bayat
28 Jan 2013


Musa ingin memindahkan workshop kerjanya dari Jakarta ke Bayat, sebuah sentra batik di pelosok jauh kota Klaten, Jawa Tengah. Resolusi ini muncul sejak setahun lalu, saat ia menghadiri undangan dari seorang teman untuk mampir melihat batik Bayat. Undangan yang awalnya ditanggapi dengan biasa itu rupanya mendatangkan cinta baginya. Masyarakat yang tinggal di lokasi terpencil ini rupanya memiliki kemampuan dan kreativitas bagus dalam membatik. “Saya langsung terpikir untuk memindahkan workshop saya ke sini.”

“Menurut saya, Bayat ada potensi luar biasa – tanpa aku tahu tentang sejarahnya yang ternyata luar biasa juga. Pertama secara geografis, Bayat memiliki lokasi strategis, terletak antara Yogyakarta dan Surakarta. Kedua, mereka memiliki kemampuan kreativitas, kerajinan tangan yang terkait dengan dunia fashion: tenun, batik, dan kulit. Ketiga, secara ketenagakerjaan, SDM-nya terjamin, ada sekolah dengan tingkatan SMK,” cerita Musa panjang lebar mempromosikan calon wilayah kerja barunya itu.

Ia mengaku bahwa membangun sebuah industri fashion di Jakarta sangat sulit. “Secara unit usaha tidak mungkin berkembang karena biaya yang mahal, biaya lahan, biaya hidup, tenaga kerja, kecuali memilih menjadi desainer terima pesanan saja. Saya tak mau,” tambah Musa. Pilihan pedesaan juga memiliki nilai positif karena ia bisa membangun SDM-nya sejak awal. “Tenaga kerja di kota sudah mapan sehingga sulit untuk mengubah.” ungkap Musa, lulusan sekolah mode Amerika yang sudah melanglangi dunia fashion Indonesia sejak awal tahun 1990-an.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa misinya menuju ke desa bukanlah semata mencari keuntungan, melainkan untuk meninggalkan sesuatu untuk diwariskan. Bukan uang, bukan harta, melainkan kepercayaan, konsep, pemikiran, dan karya, untuk Indonesia.“Bila ini bisa dilakukan secepatnya, saya sudah membayangkan, bila Itali punya Milan, maka Jakarta atau Indonesia punya Bayat,” tuturnya sangat optimis. Hidup memang selalu berawal dari mimpi. (RH) Foto: Dok. Femina Group


 

Author

DEWI INDONESIA