OHD dan Cinta Indonesia
Dr. Oei Hong Djien membuat museum ketiga yang peresmiannya bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-73 pada 5 April 2012 lalu.
22 Jun 2012


Oei Hong Djien yang biasa disapa OHD atau Dokter Oei ini merasa masih perlu membuat lagi sebuah tempat untuk menyimpan sekaligus memamerkan secara berkala koleksi karya seni yang ia miliki. Berbeda dengan dua museum terdahulu yang berada di kompleks rumahnya dan harus membuat janji bila ingin mengunjungi, museum ketiga yang berada di salah satu jalan utama di kota Magelang ini terbuka untuk umum sejak pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB. Sejak fasad bangunan, mata pengunjung mulai dibuai karya-karya seniman kontemporer terbaik negeri ini. Di dinding luar, sebuah karya Entang Wiharso memenuhi hamper seluruh bidangnya. Melewati lorong yang menghubungkan gerbang dengan halaman utama, sambutan karya seni seniman-seniman kontemporer yang sebagian besar berdomisili di Yogyakarta terasa lebih meriah. Sebuah neon boks karya Angki Purbandono berisi (scan) telapak kaki OHD tertanam di sebidang blok beton. Blok beton-blok beton lainnya menyimpan karya-karya seniman lain seperti Eddie Hara, Samsul Arifin, dan lain-lain.

Bukan perkara primordialitas jika OHD cenderung lebih dekat dan lebih banyak mengoleksi karya para seniman Yogyakarta. “Persoalannya cuma jarak yang hanya sepelemparan batu dari tempat tinggal saya di Magelang. Saya bisa dolan ke rumah atau studio seniman juga galeri di sana kapan saja saya punya waktu. Itu pun tidak lantas berarti saya abai dan enggan mengikuti perkembangan seniman-seniman di luar Yogyakarta seperti di Jakarta dan Bandung. Kalau bisa, saya selalu mengusahakan datang menjenguk pameran-pameran seni rupa di kedua kota itu dan mendukung dengan mengoleksi karya-karya mereka,” OHD menegaskan. Bila kita menelusuri ruang-ruang koleksi di Museum OHD 1 dan 2, kita memang akan dengan mudah merasakan hal itu. Dari seluruh koleksi, hampir sebagian besar berasal dari seniman-seniman di kota Gudeg itu meski tak pula berarti tak ada karya dari seniman daerah lain.

Namun apa pun, kita tetap tak dapat mengatakan kalau koleksi pria yang sangat gemar berdansa ini tak layak dianggap sebagai representasi perkembangan seni rupa Indonesia. Di dalam museumnya, kita dapat merasakan betapa OHD membela dan merawat seni rupa Indonesia yang membuatnya dengan sadar meredam kekaguman pada seniman-seniman dunia seperti Rembrandt dan Van Gogh yang ketika kuliah di Belanda begitu ia inginkan karya-karyanya. Di ruang-ruang museumnya, kita dapat membaca isi hati Dokter Oei: Ia mencintai Indonesia. (Indah S. Ariani), Foto: ISA

 

Author

DEWI INDONESIA