Pandangan Edward Hutabarat tentang Kekayaan Desain Nusantara
Kekayaan desain nusantara di mata edward hutabarat.
28 Aug 2015


DW: Bagaimana pandangan bang Edo akan kekayaan desain Nusantara.

EDWARD HUTABARAT (ED): Sulit sekali merangkum seluruh cerita saya dari awal. Singkatnya, 20 tahun perjalanan menjelajah Indonesia, saya sadar yang saya lihat itu sisa-sisa peradaban. Sesuai dengan profesi, yang saya lihat di sini adalah mode. Fashion itu lifestyle. Dari mengolah kain batik dan lain-lain, saya menemukan ini bukan sepotong kain biasa. Kebanyakan orang menganggap modern adalah sebuah tampilan kasat mata. Supaya terlihat modern, orang harus mempresentasikan dirinya secara “modern”, wajib pakai brand ini dan itu. Di rumah harus ada lukisan ini, mobil harus itu… padahal salah. Modern adalah mindsetModern mindset adalah saat kita kembali ke akar. Di sininya (pikiran) west, di sininya (hati) east, harmonisasikan keduanya. 

Apa yang terjadi di dunia arsitektur Indonesia memang tidak terjadi pada desainer mode tanah air? Sama saja. Saya selalu bilang, temukan identitas diri supaya tidak jadi ekor terus. Saya tahu jadi ekor itu banyak sekali duitnya, tapi sebagai seniman, be a head. Tahun 2006 waktu saya mengolah batik, semua orang saya bilang bunuh diri. Tahun 2007, dari pasar sampai desainer top, semua bikin batik. Coba lihat kebaya, sudah mentok. Tinggal helm dan sayap saja yang belum dikasih ke kebaya supaya kelihatan “modern”. Batik juga begitu. Batik itu ibarat Anda melihat lukisan di dinding, jangan dibordir lagi, jangan dipayet lagi, jangan direnda lagi, please! Biarkan apa adanya. Orang selalu bilang batik itu kain tradisional, tidak ada tuh yang namanya kain tradisional, yang ada itu kain peradaban. Kenapa? Karena dibuat dengan harmoni dan religi.

 (RW) Foto: Vicky Tanzil.

 

Author

DEWI INDONESIA