Perayaan Hari Perempuan Sedunia Ala Erika Sauer
Istri Duta Besar Finlandia ini menggelar peragaan busana, pameran asesoris dan diskusi.
13 Mar 2013


Para model yang terdiri dari Erika dan para sahabatnya  itu melangkah di tengah ruangan dengan percaya diri, menebar senyum.  Busana mereka yang elegan dipadu  sehelai selendang dari bahan wol atau batik sisa dengan desain modern dan unik. Selendang-selendang itu kreasi  para perempuan dan ibu rumah tangga yang didukung Era Soekamto, perancang busana yang mempunyai  program pemberdayaan ekonomi untuk perempuan sebagai salah satu sayap usahanya.  Hampir 30 perempuan bekerja untuk industri kecil tersebut.

Tak hanya itu, mutiara-mutiara air tawar dan air laut dari Nusa Tenggara Barat dalam berbagai wujud perhiasan—kalung, gelang dan anting—dipamerkan di meja rias yang menjelma meja pajang cantik dan  dijual kepada para tamu.  Sarida, perempuan wirausaha asal Lombok, mengatakan bahwa ia mengenal Erika di pantai Lombok tiga tahun lalu. Sejak itu mereka berteman dan Erika sering mengiriminya gambar-gambar desain baru  untuk mutiara dari majalah.  

Sekitar 40 perempuan berkumpul di  ruang tamu kediaman pribadi Duta Besar Finlandia untuk Indonesia,  Kai Sauer, pada 6 Maret lalu. Erika, sang istri, mengundang perempuan dari berbagai profesi, seperti dosen, wartawan, dan pengusaha, juga  sahabat-sahabatnya merayakan bersama Hari Perempuan Sedunia. Sandwich salmon, cake coklat, pie nanas dan stroberi  segar dengan yoghurt tersedia di meja sebagai kudapan. Setelah peragaan itu selesai, diskusi pun dimulai. Erika jadi pemandunya.

“Apa masalah yang paling krusial dalam pemberdayaan perempuan di  negara ini,” katanya.

Ada yang menjawab  masalah utama perempuan Indonesia adalah tradisi yang partriarki. Setelah menikah, mereka hanya menjadi pekerja domestik untuk suaminya. Ada pula yang menyebutkan pendidikan yang rendah membuat banyak perempuan tak mendapat kesempatan meningkatkan taraf hidup dan harkat dirinya untuk dihargai. Ada pula yang menyatakan pemberdayaan ekonomi merupakan jalan utama bagi perempuan untuk mengatasi ketidakadilan ini. Kemandirian secara finasial membantu perempuan mengatasi kekerasan dalam rumah tangga  karena ia memiliki nilai tawar dengan pasangannya, gizi buruk pada anak teratasi, kebutuhan rumah tangga serta pendidikan anak-anak memperoleh solusi.

Erika setuju dengan pendapat Muhammad Yunus, pemenang Nobel Ekonomi dari Bangladesh yang mengembangkan konsep mikrokredit dan mikrofinasial bagi perempuan miskin. “Kalau kamu ingin membantu sebuah keluarga, bantulah perempuannya. Kalau kamu ingin membantu sebuah negara, bantulah perempuannya. Ketika perempuannya maju, maka negara itu juga akan maju,” kata Erika, yang berpredikat doktor di bidang ekonomi ini, mengingat kata-kata Yunus. (LC) Foto: LC

 

Author

DEWI INDONESIA