Puisi Figural Jumaadi di Art:1 Museum & Art Space
Puisi tak selalu hanya bisa dituliskan lewat kata. Jumaadi memakai gestur untuk menuliskan puisinya.
28 Jan 2013


1 / 4
Setelah sempat tertunda karena banjir yang melanda Jakarta, Art:1 Museum & Art Space akan membuka pameran tunggal bertajuk Puisi Figural Jumaadi Selasa (29/1) esok. Pameran tunggal yang akan berlangsung hingga Senin (4/2) ini akan mengetengahkan 75 karya seniman Jumaadi dalam bentuk dua dan tiga dimensi. Meski karya yang dipamerkan cukup banyak, pameran ini tidak disebut sebagai sebuah retrospeksi, melainkan lebih sebagai laporan perkembangan atas sebuah seri karya yang tengah dengan intensif dikerjakan oleh Jumaadi.  
Nama Jumaadi barangkali memang jarang didengar oleh publik seni rupa Indonesia karena sejak 1999, ia hijrah ke Australia dan lebih banyak berkarya di sana. Tapi seniman asal Sidoarjo Jawa Timur ini tak semenit pun kehilangan ke”Jawa”annya, meski Sydney menimangnya dengan segala modernitas. Jumaadi tetaplah pria Jawa yang suntuk membaca simbol-simbol alam dan mengolahnya jadi bahan bakar perjalanan spiritualnya. Puisi adalah bentuk karya yang digemari Jumaadi. Ia berpuisi tak hanya lewat kata-kata, tapi juga lewat karya rupanya. “Antara bahasa visual dengan aksara nampakanya tidak ia bedakan secara distingtif. Jumaadi menikmati dampak dari kekuatan sastra yang ia butuhkan untuk memperkaya bahasa rupa karyanya. Dan sebaliknya, ungkapan-ungkapan simbolis pada gilirannya juga memicu keinginannya untuk berpuisi,” Sudju Dartanto, kurator pameran ini menjelaskan.
Pada patung-patungnya, Jumaadi memang banyak mennyematkan gestur-gestur yang memberi kesan gerak seperti berjalan, membungkuk, membopong, berlari sementara pada karya-karya dua dimensinya, acap kali Jumaadi menyisipkan sepenggal teks yang bisa berupa doa, mantra, prosa lirik lagu atau puisi. “Teks-teks itu membantunya meninggallkan makna yang dihasilkan dari struktur narasi pertama, dan siap menerima kedatangan makna baru yang melibatkan dirinya,” Kata Sudjud. Hal itu dilihat Sudjud sebagai usaha untuk membahasakan petualangan metaforis Jumaadi yang barangkali peririsan dengan perjalanan spiritualnya. Pengalaman yang dibawa Jumaadi pulang dan diolah menjadi sebuah teks terbuka yang siap didaur ulang dengan berbagai konteksnya. Berbagai momen ia rekam baik dalam gerak patung maupun teks di atas kanvas seperti yang tertera dalam salah satu puisi Jumaadi:
Yang berkalung bebatu dan bersayap malam
Yang bertubuh tandus dan bermuka kudus
Yang menyimpan dongeng
Tentang keabadian yang tiada.
(Yogyakarta, November 2012)
(ISA), Foto: Dok. Art:1

 

Author

DEWI INDONESIA