Sutradara Harris Nizam: Nasionalisme Tak Pernah Basi
Filmnya untuk membangkitkan rasa cinta yang pudar terhadap Indonesia.
21 Mar 2013


Selesai merampungkan film terbarunya, Hasduk Berpola, Harris Nizam merasa lega. Dikenal melalui film pertamanya, Surat Kecil Untuk Tuhan yang bercerita tentang perjuangan penderita kanker, kini ia bertutur tentang nasionalisme di film keduanya. Lokasi syuting film ini di Bojonegoro. Para pemeran terdiri dari 10 anak berbakat asal kota tersebut dan Surabaya, selain selebriti seperti Idris Sardi, Iga Mawarni, dan Niniek L. Karim. Hasduk Berpola mengisahkan kecintaan seorang anak pada negerinya, melalui simbolisasi hasduk, syal merah-putih yang dipakai oleh para anggota pramuka.

Harris menyatakan bahwa sejak awal ia telah menyiapkan mental menghadapi reaksi atau cemooh orang yang akan menganggap nasionalisme sebagai topik basi alias tidak menarik lagi. Padahal, baginya, rasa cinta pada negeri itu sangat penting dan sekarang dirasakannya makin memudar di kalangan generasi muda. “Saya menyajikannya dengan pesan mendalam, mudah-mudahan membangkitkan rasa haru dan menggerakkan hati penonton,” katanya.
      
Harris, yang juga Messengers of Peace 2013 atau Duta Perdamaian untuk Indonesia yang ditunjuk oleh Kwarnas Pramuka ini, berharap filmnya ditonton sebanyak mungkin orang Indonesia, khususnya anak-anak. “Saya percaya anak-anak yang mencintai negaranya, tidak akan tega korupsi, dan tidak akan mau merugikan negaranya (saat dewasa). Saya juga berharap akan muncul rasa kebangsaan terutama dari mereka yang ada di pemerintah untuk bisa membawa kejayaan negeri,” katanya. Hasduk Berpola ditayangkan serentak di seluruh Indonesia mulai hari ini, 21 Maret 2013. (DI) Foto: Dok. Aletta Pictures.

 

Author

DEWI INDONESIA