Suara tawa berkali-kali membahana dalam ruang pertunjukan Gedung Kesenian Jakarta pada Rabu malam, 13 Maret 2013. Penonton yang memenuhi ruangan tergelitik oleh laku para pelakon Sampek Engtay yang dipentaskan oleh Teater Koma. Duo pemain muda, Tuti Hartati (Engtay), dan Ade Firman Hakim (Sampek), beradu peran dengan aktor senior Budi Ros (Ciok), dan Ratna Riantiarno (Nyonya Ciok) serta Anneke Sihombing, pemeran Jinsim yang pernah diganjar rekor MURI karena telah sepanjang 16 tahun memerankan tokoh tersebut. Teater Koma akan mementaskan lakon ini setiap hari hingga Sabtu 23 Maret 2013 mendatang.
“Sampek Engtay merupakan lakon yang paling sering dimainkan oleh Teater Koma dan sudah disaksikan puluhan ribu penonton dari generasi ke generasi,” kata N. Riantiarno, penulis naskah dan sutradara pementasan ini selama 25 tahun terakhir. Animo penonton pada lakon yang diadaptasi dari cerita roman klasik Cina ini masih sangat tinggi dengan rentang profil penonton yang beragam.
Pada pementasan perdananya semalam, wajah-wajah muda berbaur bersama pencinta Teater Koma yang biasa terlihat pada pementasan-pementasan sebelumnya, bersama-sama mengapresiasi penampilan para pemain dari kelompok teater yang didirikan pasangan Nano dan Ratna Riantiarno pada 1 Maret 1977. Regenerasi dan kesediaan menyerap hal-hal aktual di masyarakat merupakan resep Teater Koma untuk membuat setiap pementasannya terasa mutakhir meski membawakan naskah lama. Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang menjadi sponsor pertunjukan ini menyatakan senang dapat kembali mendukung Teater Koma yang selalu konsisten menggelar pementasan setiap tahun. (ISA), Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation
“Sampek Engtay merupakan lakon yang paling sering dimainkan oleh Teater Koma dan sudah disaksikan puluhan ribu penonton dari generasi ke generasi,” kata N. Riantiarno, penulis naskah dan sutradara pementasan ini selama 25 tahun terakhir. Animo penonton pada lakon yang diadaptasi dari cerita roman klasik Cina ini masih sangat tinggi dengan rentang profil penonton yang beragam.
Pada pementasan perdananya semalam, wajah-wajah muda berbaur bersama pencinta Teater Koma yang biasa terlihat pada pementasan-pementasan sebelumnya, bersama-sama mengapresiasi penampilan para pemain dari kelompok teater yang didirikan pasangan Nano dan Ratna Riantiarno pada 1 Maret 1977. Regenerasi dan kesediaan menyerap hal-hal aktual di masyarakat merupakan resep Teater Koma untuk membuat setiap pementasannya terasa mutakhir meski membawakan naskah lama. Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang menjadi sponsor pertunjukan ini menyatakan senang dapat kembali mendukung Teater Koma yang selalu konsisten menggelar pementasan setiap tahun. (ISA), Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation