“Tweede hands” Retno Marsudi
Di ?pos? barunya, diplomat ini menemukan hobi baru
6 Mar 2012


Pada saat kedatangan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Retno Marsudi menjadi orang yang paling sibuk di Kementrian Luar Negeri (Kemlu). Diplomat lulusan Universitas Gajah Mada ini, kala itu menjabat sebagai Kepala Dirjen Amerika-Eropa yang menangani hubungan Indonesia dengan kedua benua tersebut. Pertengahan Januari lalu, Retno menempati ‘pos’ barunya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berkedudukan di Den Haag.

Menjalani minggu pertamanya di sana, cuaca Den Haag tengah sangat tak bersahabat. “But I can survive,” tulisnya dalam sebuah surat elektronik. Ibu dua putra yang gemar jogging, hiking juga berdansa ini memang tak pernah kehabisan energi positif dan katanya, “Kembali ke Den Haag ini seperti kembali ke ‘rumah’ lama.” Tahun 2007 sampai 2011 ia memang bertugas di KBRI Den Haag sebagai penasihat bidang ekonomi. “Dari segi fisik, Den Haag tidak berubah. Teman-teman di Kemlu di sini juga sebagian besar sudah saya kenal dan ini sangat memudahkan saya memulai tugas baru ini,” Retno mengungkapkan. Dalam cuaca ekstrem yang harus diakrabinya, Retno segera saja dihadapkan pada begitu banyak urusan. “KBRI Den Haag ini memang merupakan salah satu perwakilan besar Indonesia di luar negeri. Dari hari pertama sy tiba sampai sekarang banyak sekali yang harus ditangani,” katanya. Retno mengaku gembira dengan keadaan itu. “Karena itu menandakan hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda yang sangat kaya, dinamis dan saya suka suasana seperti ini,” kisahnya lagi.

Menurutnya, diplomasi ekonomi akan menjadi ujung tombak diplomasi Indonesia dengan Belanda. Namun itu tak berarti lantas juga mengabaikan bentuk diplomasi lain seperti budaya. “Kita sudah punya pusat kebudayaan Indonesia di Belanda yang lokasinya sama dengan sekolah Indonesia Nederland. Saya juga sudah bicara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai upaya untuk mengoptimalkan pusat kebudayaan kita,” katanya.

Dari banyak aktivitas baru yang tengah ditatanya, ada beberapa yang tetap dan terus Retno lakukan. Jogging misalnya. “Saya masih berupaya jogging kecuali dalam kondisi sangat licin. Saat istirahat siang, jika udara memungkinkan, saya juga keluar kantor untuk jogging. Kalau cuaca sedang sangat tidak bersahabat, biasanya saya jogging di rumah dengan treadmill,” kisahnya. Di sana, Retno juga punya ada satu hobi baru. “Naik sepeda. Saya sudah beli sepeda "tweede hand" merek gazelle yang punya keranjang di bagian depan tempat saya menaruh belanjaan. Saya itu memang sangat hobi belanja di pasar,” penyuka bunga sedap malam ini bercerita. Sebagai pencinta bunga, Retno tak pernah lupa menghias rumah dan ruang kerjanya dengan bunga segar, terutama sedap malam, serta taburan melati dan daun pandan yang sulit ia temukan di Den Haag. Tapi ia sedih karena tak bisa menemukan sedap malam dan daun pandan di sana. “Saya pasang bunga apa saja yang bisa saya temukan, karena ternyata, bunga berguna untuk memberi saya kenyamanan, dan rasa damai ketika berpadu dengan klenengan (musik dari gending Jawa - red) yang biasa saya putar di KBRI mau pun wisma” katanya. (ISA)

Foto: Dok. Dewi

 

Author

DEWI INDONESIA