Kenali Manfaat Intermittent Fasting untuk Menurunkan Berat Badan
Berat badan naik setelah Idul Fitri? Coba intermitten fasting untuk menurunkan berat badan.
17 Jul 2015


Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa dengan memperpanjang jarak waktu antara asupan makanan, tubuh memroses kalori secara lebih efektif. Hal ini dikarenakan tubuh memiliki waktu lebih panjang untuk mencerna makanan. “Pada intinya apabila kita tidak makan apapun lebih dari 8 jam, persedian glikogen habis, maka tubuh akan menggunakan lemak dalam tubuh untuk beraktivitas normal”, kata Jansen Ongko, ahli gizi dan olahraga,
          Proses pencernaan makanan yang panjang inilah yang dapat menurunkan berat badan secara efektif tanpa membahayakan kesehatan. Hal ini diakui dan dialami Carlo Tamba, yang menjalani intermittent fasting. Pelatih kebugaran yang menjalankan puasa berkala selama hampir tiga tahun ini  juga mengatakan, ia melakukan metode ini untuk mencapai tujuan fitness jangka pendek dari sisi komposisi tubuh (body composition). Namun Carlo mengakui bahwa manfaat tidak dirasakan dari sisi performance, seperti kecepatan (speed), atau kekuatan (strength). “Bagi saya, intermittent fasting hanya membantu di satu aspek saja.  Perubahan jangka panjang tidak akan dicapai hanya dari puasa saja.  Perspektifnya yang harus diubah, bukan menurunkan berat badan tapi menjalankan hidup sehat”  tambahnya.
           Selain menurunkan berat badan, manfaat puasa lain yang ditemukan melalui penelitian pada binatang adalah meningkatnya kemampuan tubuh dalam menangkal efek stres yang mencederai sel.  Pada artikel ilmiah yang diterbitkan oleh Department of Physiology, University of Texas Health Science Center di San Antonio, metode pembatasan asupan kalori menunjukkan kemampuan dalam menghambat proses penuaan dan memperpanjang umur,  bahkan dapat mencegah dan membalikkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penyakit kronis seperti kanker, diabetes, penyakit jantung dan syaraf (neurodegerative disorders). Sejauh ini klaim tersebut belum dapat dibuktikan secara menyeluruh pada manusia, walaupun pada binatang hasil penelitian menunjukan indikasi sangat positif.
          Baik Jansen maupun Carlo mengingatkan bahwa klaim-klaim seputar manfaat puasa juga harus dicermati, karena belum tentu sesuai dengan kondisi pendukung, seperti genetik, geografis, sosial dan gaya hidup. (Fonnyta Amran) Foto: Raja Siregar


 

Author

DEWI INDONESIA