Apa itu Orthorexia Nervosa?
Kenali lebih dalam tentang gangguan makan orthorexia nervosa
16 Jun 2015


Jika Anda mengamati, berbagai publisitas kini seolah berlomba menampilkan tren hidup sehat yang tengah digandrungi masyarakat urban. Mulai dari cara diet terkini, tip resep sehat, sampai testimonial para figur publik yang bertekad untuk mengubah hidup ke arah hijau. Kesadaran ini lantas diikuti dengan berbagai klaim akan makanan tidak sehat yang sebaiknya dihindari. Selain makanan berbahan pengawet, jenis-jenis bahan tertentu bahkan sengaja ditinggalkan atas alasan kesehatan, mulai dari lemak, gula, daging merah, sampai berbagai sumber karbohidrat. Membatasi makanan berpengawet mungkin sangat dianjurkan untuk tubuh. Namun dengan tidak mengonsumsi lemak atau karbohidrat sama sekali, apakah justru tidak berbahaya bagi tubuh? Jika Anda sudah sedemikian kerasnya membatasi diri, bisa jadi gejala Orthorexia Nervosa mulai menyerang diri Anda. 

 Tidak seperti Anorexia Nervosa yang membatasi makan demi meraih postur tubuh impian, Orthorexia Nervosa justru hanya memilih jenis-jenis makanan yang diyakini bersih, sehat, dan alami. “Orthorexia biasanya dimulai dengan tujuan baik. Namun, ia juga dapat menjurus pada obsesi terhadap jumlah kalori yang masuk ke tubuh, waktu makan tertentu dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi,” ujar Tiara Soemakno. Orang dengan gangguan Orthorexia memang sangat ketat memilah makanan yang akan dikonsumsinya. “Orang dengan Orthorexia Nervosa itu hidupnya sangat-sangat streril. Artinya, bisa jadi kalau tidak makan sayur akan langsung panik. Mereka yang normal sadar, sayur adalah makanan sehat. Begitu pun dengan nasi merah. Tetapi, jika tidak ada nasi merah atau karena kesibukan sepanjang hari tidak bisa makan sayur, mereka tidak akan sampai panik. Bagi penderita Orthorexia Nervosa, hal semacam itu akan membuatnya panik,” tutur dr. Grace Judio-Kahl.

Parahnya lagi, Orthorexia Nervosa bukan saja bisa membahayakan kesehatan, tetapi juga kehidupan sosial seseorang. Saking takutnya sakit, mereka akan sangat memilih makanan yang dimakannya. Sampai-sampai membuat hubungan sosialnya terganggu. Misalnya, jadi menghindar untuk pergi ke pesta atau sekalipun pergi, cenderung membawa makanan sendiri. Juga mengganggu hubungan dengan keluarga dan pertemanannya. Apalagi saat sedang stres atau cemas, obsesi mereka untuk hidup sehat akan semakin bertambah. Boleh dikatakan, Orthorexia Nervosa ini merupakan salah satu gangguan cemas yang oleh para ahli banyak dikaitkan dengan Obsesssive Compulsive Disorder, atau bisa juga dipicu oleh perasaan trauma akibat melihat orang terdekat sakit,” urai dr. Grace Judio-Kahl.

Lalu, gaya hidup sehat seperti apa yang sudah mengarah pada gangguan kecemasan ini? “Kalau sampai mengganggu kesehatan dan kehidupan sosialnya, maka itu sudah dicurigai sebagai gangguan makan atau eating disorder. Ada sedikit saja konsumsi yang tidak enak atau kurang sesuai dengan konsep sehat di kepalanya, ia bisa langsung panik,” ungkap dr. Grace Judio-Kahl.  (MA) Foto: Iok Manggabarani.

 

Author

DEWI INDONESIA