Perayaan Kreativitas di ICAD 2013
Para seniman mencipta karya dengan mempertahankan sejarah dalam keseharian.
6 Sep 2013


Ada kalanya dalam hidup, manusia membutuhkan waktu untuk diam dan berpikir ulang akan tujuan hidupnya. Di situlah waktu yang tepat untuk menyusun ulang strategi dan semangat. Demikian juga ternyata dalam seni dan berkesenian. Di kali keempat penyelenggaraan ICAD (Indonesia Contemporary Art & Design) 2013, ‘RESTART’ pun diambil sebagai tema. Bisa dibaca sebagai re-start atau rest-art, keduanya memiliki makna sama, yaitu sebuah proses revolusi lewat suatu perenungan yang kemudian lahir kembali sebagai interpretasi kreatif untuk menghadirkan nilai baru dalam sebuah karya seni.

Berdasarkan tema tersebut, 45 insan kreatif yang datang dari berbagai disiplin ilmu dan generasi pun mencoba menerjemahkan kembali sejarah budaya Nusantara dalam konteks kekinian. Beragam karya tercipta, seperti gramofon yang tersingkirkan oleh pemutar musik digital pada akhirnya berubah fungsi sebagai penerang ruangan oleh desainer Hera Permanasari, kursi yang terinspirasi dari mahkota karya desainer Diana Nazir, wajah pahlawan Sisingamangaraja di atas media kulit buatan desainer furnitur Agustinus Hutabarat, lampu Tulite yang terinspirasi dari lampu tradisional sentir olahan desainer grafis Itjuk dan seni instalasi berupa sosok perempuan sedang bersandar pada sebuah pohon karya perupa Yani M. Sastranegara. Masih banyak seniman lain terlibat dalam ICAD yang berlangsung sampai 27 September 2013 di Grandkemang Hotel, Jakarta. Sebut saja pematung terkemuka Dolorosa Sinaga, seniman kontemporer kenamaan Hanafi, penulis Iwan Setyawan, sampai sutradara Lola Amaria, Ifa Isfansyah, dan Kamila Andini. Datang dan rasakan sendiri waktu terhenti sekaligus melaju pesat secara bersamaan sambil menyaksikan perhelatan terbesar hasil kolaborasi desain dan seni kontemporer ini. (EF) Foto: EF

 

Author

DEWI INDONESIA