Frozen | Stratum: Ketaklaziman Arin
Pameran ini melanjutkan eksplorasi Arin terhadap resin pasca Fluid Friction
28 Feb 2012


1 / 7

Resin yang lazimnya digunakan sebagai bahan pembuat patung, diolah oleh Arin Dwihartanto Sunaryo menjadi cat di atas kanvas. Belasan karyanya itu dipamerkan di Nadi Gallery mulai Rabu ini (22/2) hingga 5 Maret mendatang. Sejak 2007, Arin yang saat itu menemukan metode lukis tanpa menggunakan kuas. Ia mengganti materi lukis yang awalnya cat minyak menjadi resin karena lebih cepat mengering. Dalam proses itulah Arin menemukan metode lain, yang akhirnya dia eksplorasi lebih jauh.

"Metode Arin itu bertolak belakang dengan cara melukis yang 'normal' di mana seorang pelukis umumnya hanya berorientasi pada apa yang tampak pada permukaan depan. Pada karya Arin, berlaku 'prosedur terbalik'. Lapisan resin yang ia cipratkan atau kucurkan pertama kali justru menjadi lapisan paling muka, dan lapisan-lapisan berikutnya menjadi bagian yang tak terlihat," Agung Hujatnika Jennong, kurator pameran ini mengatakan. Teknik lukis tanpa kuas atau yang juga sering disebut sebagai gestural itu memang tak memungkinkan Arin merancang citraan seperti apa yang akan menjelma di atas kanvasnya.

Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan lanjutan dari seri Fluid Friction yang dibuat Arin mulai tahun 2009. Setelah tiga tahun mengeksplorasi berbagai kemungkinan teknik dan estetik dari teknik ëgestural-brushlessí yang dikembangkannya itu, Arin, menurut Agung telah sampai pada pemahaman dan pemaknaan yang lebih dalam tentang penggunaan material sekaligus tindakan motoriknya ketika melukis. Karya-karya yang dipamerkan dalam pameran kali ini terdiri atas dua seri, yakni Debu Vulkanik yang menggunakan debu vulkanik sebagai pigmen pewarnaa, dan seri kedua CMYK yang merupakan penggabungan citraan fotografi dengan cipratan resin warna-warni. (ISA) 

Foto: Dok. Nadi Gallery

 

Author

DEWI INDONESIA