Detail Pada Sebuah Jaket Chanel
Cerita mendetail pada jaket chanel di balik harganya yang cukup fantastis
20 May 2015


1 / 3
Seiring dengan lahirnya setelan, lahir juga jaket Chanel dengan bahan tweed yang ia temukan di Skotlandia saat berpergian dengan Duke of Westminster. Material itu pun akhirnya ia bawa ke Paris dan dijadikan material signature untuk jaketnya. Jaket bergaris pundak dan berstruktur tegas dari ujung ke ujung lainnya ini didesain secara detail agar benar-benar jatuh mengikuti bentuk tubuh.

Percaya bahwa menggunakan teknik interfacing dan meletakkan bantalan pada bahu dapat membuat jaketnya menjadi kaku, Chanel memilih untuk mempertahankan bentuk jaketnya yang fleksibel dengan cara menjahit materialnya mengikuti arah serat kain tanpa menggunakan kupnad di bagian depan. Teknik yang sama juga ia pilih untuk bagian belakang dengan tambahan kampuh di bagian belakang.

Sepotong kain dijahit bersamaan pada bagian samping untuk menyatukan bagian depan dan belakang jaket dengan tujuan memberikan fleksibilitas lebih. Bagian lengan juga dipotong mengikuti arah serat kain, didesain dengan sedikit lekukan dan dijahit pada bagian pundak yang tertinggi untuk memberikan kenyamanan maksimal. Sebagai langkah terakhir untuk memastikan kenyamanan dalam bergerak saat dikenakan, Mademoiselle Chanel akan meminta kliennya untuk menyilangkan kedua tangan ke arah bahu saat pengukuran berlangsung.

Lining bagian dalam berupa jersey atau silk crepe dipilih karena memiliki fungsi kenyamanan yang sama. Jumlah panel yang sama digunakan baik sebagai lining maupun tweed sebagai material utama dan diletakkan persis sama satu dengan yang lain. Untuk membuat kedua lapisan bergerak bersamaan, kedua material dijahit bersama dengan sangat tepat hingga tak kasat mata.

Sebuah rantai kuningan yang dilapis dengan lining dijahitkan pada sisi bawah jaket bagian dalam sebagai pemberat agar jaket jatuh dengan gemulai saat dikenakan. Tanpa melupakan faktor fungsional yang juga ingin diselipkan pada jaketnya, Chanel menambahkan kantung di bagian kanan dan kiri, seperti jaket para pria pada zaman itu.

Kepangan dengan warna senada ataupun kontras terlihat menelusuri setiap sisi jaket dan kantung hingga bagian pergelangan tangannya. Ornamen berupa pita petersham, looped braid, dan variasi lain yang tak terhitung jumlahnya yang kadang dipotong atau dijahit langsung pada bagian ujung kain untuk memberikan efek rumbai yang belum selesai menonjolkan kekuatan pada visual.

Kancing terbuat dari hiasan batu berharga, galalite, atau gold metal. Bentuk kancing bervariasi dari kepala singa yang merupakan lambang zodiak Mademoiselle Chanel, ujung gandum, bunga camellia, atau sejak 1959 hingga sekarang, logo ikonik berupa 2 huruf C yang mengikat satu sama lain. Lubang kancing pun dibuat sedemikian rupa agar jaket dapat dikenakan dengan kancing disematkan maupun tidak.

 “Jaket ikonik Chanel terinspirasi dari jaket para pria Austria. Coco Chanel menciptakan sesuatu yang belum pernah ada. Pencapaiannya ini tidak akan pernah bisa direnggut darinya,” ujar Karl Lagerfeld. (TIN) Foto: Dok. Chanel

 

Author

DEWI INDONESIA