Sejarah dan Evolusi Lipit Pada Busana
Kisah tren lipatan dari masa Mariano Fortuny di tahun 1871 hingga koleksi musim semi 2015
19 Mar 2015


Mariano Fortuny
1 / 4
Mariano Fortuny (1871 – 1949)
Dilahirkan dari keluarga pelukis, ia juga merupakan seorang penemu, insinyur, fotografer, desainer tekstil sekaligus interior. Gaun Delphos merupakan karya ternamanya di dunia mode dengan mengambil bentuk busana Yunani Kuno. Gaun yang memiliki tekstur lipit ini mendobrak cara pandang perempuan dalam berbusana, dimana pakaian tak lagi mendikte bentuk tubuh dengan pemakaian korset dan petticoat.

Madame Grès (1903 – 1993)
Madame Grès dikenal dengan kreasi gaun berteknik cartridge pleating, yaitu lipit yang menyerupai patung-patung Yunani. Selain kekagumannya akan seni patung, kreasinya terutama lahir dari kegemarannya dalam mempraktekkan teknik draperi yang intuitif. Ia bekerja langsung pada patung atau model untuk mengetahui karakteristik jatuhnya bahan pada lekuk tubuh.

Issey Miyake (1938)
Desainer kelahiran Hiroshima ini pernah menyatakan bahwa fokus dasarnya adalah mengutamakan imajinasi dan pengembangan teknologi dalam membuat busana. Ia mengembangkan berbagai teknik untuk efisiensi produksi tanpa berkompromi dengan kualitas dan estetika. Label Pleats Please yang diluncurkan tahun 1993 menjadi lini yang paling menguntungkan hingga kini. Teknik produksinya unik dimana bahan dipotong dulu kemudian baru dilipit, sehingga mengurangi biaya produksi.

Spring-Summer 2015
Untuk koleksi terbarunya, Alexander Wang mengaku terinspirasi dari dua tokoh yang berjasa dalam menciptakan teknik lipit modern, Mariano Fortuny dan Madame Grès. Ia kemudian menggabungkannya dengan estetika sportif yang menjadi ciri khas rancangannya. Burberry Prorsum juga banyak mengangkat teknik lipit pada bahan tule musim ini, begitu pula dengan koleksi terakhir Christophe Lemaire untuk Hermès. (DAN) Foto: Dok. AFP, Mondadori, Getty Images, TPG News, SIPA Press.

 

Author

DEWI INDONESIA