Sinergi Prancis dan Jepang ala Pardon My French
Opsi tempat bersantap terbaru pilihan Dewi ini menghadirkan cita rasa Prancis dan Jepang secara paripurna.
15 Dec 2017


Pardon My French
1 / 7
Sedikit menepi dari titik-titik keramaian ibukota, tepatnya di Jalan Wahid Hasyim, sesosok boneka beruang besar duduk sendirian dan nampak kesepian. Ia seakan mengajak orang masuk untuk sekadar menyapa atau menemaninya bersantap di restoran bernama Pardon My French. Setidaknya begitulah tulisan di atas huruf-huruf Jepang yang berhasil terbaca pada dinding bagian depan bangunannya.

Jika mendengar namanya, banyak yang mengira bahwa Pardon My French adalah restoran Prancis. Namun jangan lupakan aksara Jepang yang menyertai di bawahnya. Aksara Jepang tersebut bukan hadir tanpa makna, Ia juga turut menjelaskan identitas restoran secara keseluruhan mulai dari konsep interior hingga hidangannya. Pardon My French lahir dari kunjungan salah satu owner ke café Prancis di area Shibuya, Jepang. Nama Pardon My French sendiri dikutip dari kata yang sedang tren di negara-negara Eropa. Seiring berjalannya waktu, dalam proses pembentukan konsep restoran, arti kata tersebut juga ikut berkembang. Pardon My French juga sebagai pengingat bahwa meskipun mengangkat konsep casual dining namun restoran ini masih menyisipkan sisi fun, upbeat dan playfulness.

Interior Pardon My French mengawinkan nuansa Prancis dan Jepang lewat unsur kayu dan marble dengan sentuhan warna gold, putih dan royal blue pada sofanya. Di bagian tengah restoran terdapat bar yang cukup besar, di situlah tempat bagi si Beruang duduk dan menghabiskan harinya membelakangi Pink Wall yang memajang poster-poster dan ilustrasi bernada satir di sudut ruang. Munculnya boneka beruang merupakan ketidaksengajaan. Awalnya ia adalah sebuah hadiah yang kemudian menarik perhatian pengunjung hingga akhirnya sang beruang kini menjadi maskot restoran ini.

Hidangan dari Jepang dan Prancis berpadu jadi satu dalam lembaran buku menu. Dilihat dari rangkaian menu yang ditawarkan, sajian di Pardon My French tidak mengarah pada hidangan fusion. Masing-masing hidangan dari Jepang ataupun Prancis berdiri sendiri tanpa ada kolaborasi atau semacamnya.

Dua buah Poke and Chips, berisi masing-masing satu spicy salmon atau spicy tuna diatas lapisan tempura nori menjadi awal kegiatan bersantap. Melahapnya langsung menggunakan tangan memungkinkan Anda untuk mendapatkan rasa yang pas dari salmon atau tuna dengan spicy mayo, keju, tobiko, dan tempura nori yang krispi. Gulungan Lasagna Roll tampil berbeda dari lasagna biasanya yang berbentuk persegi. Tiap gulungnya kaya akan saus bolognese dan keju mozzarella disajikan bersama creamed spinach sebagai pelengkap.

Harum jamur truffle menyeruak seketika kala Truffle Wagyu Don tiba di meja. Cara terbaik menikmatinya yakni dengan memecah kuning telur yang terkepung di antara irisan grilled wagyu beef. Lelehan kuning telur yang mengaliri daging wagyu yang tender dan juicy bersama nasi akan membuahkan kesatuan rasa yang atraktif. Pamor Ube juga sampai pada jajaran hidangan di Pardon My French melalui Ube Bomb. Sempatkan untuk mendengar bunyi bom waktu yang berdetik hasil dari pertemuan taro pudding dengan serpihan pop rock. Si ungu yang manis dan sederhana tampil menjadi penutup sempurna rangkaian eksplorasi rasa dari Prancis dan Jepang. (WHY) Foto: Dok. Zaki Muhamad
 

 

Author

DEWI INDONESIA