Bicara menu yang diracik dengan teknik molecular gastronomy (gastronomi molekuler), selalu persiapkan diri untuk terkejut atas tampilan dekonstruksi bentuknya. Hal itu pula yang ditunjukkan oleh chef Andrian Ishak, pemilik restoran Namaaz Dining yang merupakan salah satu chef Indonesia yang menekuni gastronomi molekuler, kala beraksi pada demonstrasi seni kuliner di hari penutupan acara Indonesia Arts Festival (ARTE) 2014 di JCC Assembly Hall, Minggu (16/3) lalu.

"Bahan utama memang pisang, tapi jadinya nanti belum tentu pisang," ucap chef Andrian kala memulai aksinya membuat resep dengan bahan utama pisang, yang disambut tatap lekat rasa ingin tahu dari para pengunjung. Dengan piawai ia mulai memotong-motong dan mencetak lubang di bagian tengah pisang, disusul membuat olahan liquid khusus yang terbuat dari icing sugar, cream cheese dan butter. Kemudian pisang dibenamkan dalam cairan kental tersebut, dikeluarkan, diletakkan popping candy di tengahnya, dan dipanaskan menggunakan alat thermomix. Voila! Jadilah benda yang terlihat serupa lilin beserta lelehannya. Kala dinyalakan api pada sumbunya yang terbuat dari kacang, lengkap sudah terlihat seperti lilin yang menyala, namun bedanya 'lilin' ini bisa dimakan. Inilah sajian yang dinamakan Pisang Bakar, dengan rasa yang manis dan lembut di lidah.

Resep berikutnya adalah Es Jeruk Nipis, di mana dengan satu olahan khusus, air putih yang dituang ke dalam gelasnya, seketika secara 'ajaib' langsung berubah menjadi es. Penonton juga dibuat terpukau dengan adanya Money Tree alias Pohon Uang. Terdapat pot tanaman hijau, lengkap dengan daun dan rantingnya, yang ternyata terselip gulungan-gulungan uang pecahan Rp 100 ribu sebagai bunga-bunganya. Rupanya uang kertas tersebut dibuat dari olahan arum manis, gula, emulsifier, gelatin, tepung, dan dicetak dengan printer bertinta gula. Inilah serunya teknik gastronomi molekuler, alias memasak berdasarkan paduan proses kimia dan fisika, yang menghadirkan kejutan dan memberikan pengalaman seru bagi penikmatnya. (DI) Foto: DI