Melayang Ke Negeri Dongeng di Selatan
Maskapai Singapore Airlines mengantar petualang ke Selandia Baru melalui rute atraktif.
31 Dec 2014


Christchurch Airport.
1 / 4
Menelusuri keindahan negeri Kiwi, bisa dimulai dari Christchurch, kota terbesar di
pulau selatan. Julukan The Garden City yang disandangnya, didapat dari taman-taman asri yang terhampar di berbagai penjuru kota. SQ 287 mendaratkan dewi di kota ini pada suatu pagi. Kami pun tak membuang waktu untuk segera berjalan-jalan di Christchurch Botanic Gardens. Lelah setelah penerbangan sekitar 10 jam dari Singapura? Kami tak seberapa merasakannya, berkat kenyamanan kelas bisnis yang memiliki fitur flat bed dan sajian kuliner kaya nutrisi.

Namun tak ayal, semilir angin sejuk dan pemandangan meneduhkan taman botani memicu kantuk dan rasa lapar sekaligus. Tidur siang tentu bukan pilihan, meski sesekali mata terpejam saat mengikuti tur dengan buggy mengelilingi taman. Sementara itu rasa lapar terobati dengan santap siang di Curator’s House, sebuah restoran di salah satu sudut taman botani. Waktu tak sampai 24 jam yang kami miliki untuk menjelajahi Christchurch, mendorong bergegas ke destinasi berikutnya setelah santap siang, yaitu pusat kota. Di sanalah terlihat gencarnya pembangunan kembali setelah kota ini dirundung gempa bumi pada awal dan pertengahan 2011 silam. Bencana tersebut meninggalkan banyak ruang-ruang lapang di tengah kota, ruang-ruang yang terbentuk setelah rubuhnya sejumlah bangunan.

Sementara perbaikan kota berlangsung, warga yang menolak terpuruk berinisiatif mengisi
kekosongan antara lain dengan mendirikan instalasi seni modern yang menarik. The
Steeple di Latimer Square, misalnya, adalah instalasi perlambang puncak katedral
Christchurch yang kini sedang direnovasi. Kreativitas kota ini juga terlihat di Re:START mall, pusat perbelanjaan yang memanfaatkan kontainer warna-warni sebagai ruang-ruang niaga, dengan lapak-lapak yang ditempati oleh toko-toko busana, kedai makanan dan minuman, sampai bank temporer dan Future Christchurch Showcase yang memperlihatkan cetak biru rencana pembangunan kembali kota tersebut. Bertemu petang, dewi kembali menenangkan diri dengan Punting at the Avon alias naik perahu menyusuri sungai Avon. Berbekal botol air hangat dan selimut wol, kami berperahu sambil melihat taman di kanan-kiri sungai, dan berusaha mengabadikan tingkah lucu para bebek dengan kamera. Sungguh kegiatan sederhana yang mengembalikan kesegaran pikiran.

Waktu bagaikan berhenti sejenak di sini. Tanpa terasa, kami sudah harus bersiap untuk melanjutkan jelajah negeri kiwi besok paginya. Queenstown yang masih di pulau selatan, dan Auckland di pulau utara adalah dua tujuan kami berikutnya. Kami berencana untuk kembali ke Jakarta dari Auckland dengan SQ 286. Betapa senangnya bisa memasuki negeri ini dari pulau selatan dan meninggalkannya dari pulau utara. Satu-satunya yang harus kami lakukan adalah membuka hati dan angan untuk sederet pengalaman liburan yang beragam.

(MUTHI KAUTSAR) Foto: MUT

 

Author

DEWI INDONESIA