Pengalaman Paskah di Larantuka
Penulis peraih nominasi Citra, Titien Wattimena, berbagi kisahnya merayakan paskah di Flores.
9 Apr 2015


Patung Bunda Maria di kota Larantuka
1 / 9
Larantuka adalah ibukota kabupaten Flores Timur. Kota ini selalu dipenuhi ribuan wisatawan dari luar kota maupun luar negeri, menjelang perayaan Paskah atau Kenaikan Isa Almasih. Masyarakat Larantuka sendiri selalu sudah mulai mempersiapkan perayaan itu sejak hari Rabu Abu (awal masa puasa umat katolik, 40 hari sebelum Paskah).

Kamis Putih adalah awal dimulainya trihari suci, yang juga sering disebut pekan suci, atau di Larantuka disebut dengan Semana Santa (dari bahasa Spanyol). Sejak pagi, Kapela Tuan Ma sudah dipenuhi oleh manusia yang ingin mencium patung Tuan Ma. Ritual mencium Tuan Ma, setiap tahun berlangsung hingga Jumat siang. Tuan Ma sendiri adalah Patung Maria Mater Dolorosa. Sementara Tuan Ana adalah patung Yesus yang sangat sakral, diletakkan di dalam sebuah keranda.

Puncak perayaan Paskah di Larantuka adalah hari Jumat Agung. Diawali dengan prosesi laut, ketika Tuan Meninu (patung kanak-kanak Yesus) diarak menggunakan perahu yang didayung oleh dua orang melawan arus, melewati Kapela Tuan Ana lalu mendarat di pantai di depan Istana Raja Larantuka dan diarak menuju armida (kapela kecil yang akan dilewati dalam prosesi perarakan Tuan Ma dan Tuan Ana).

Tuan Ma sendiri diarak untuk menjemput Tuan Ana, lalu bersama-sama menuju Katedral Renha Rosari. Umat pun mengikuti misa Jumat Agung. Malamnya, barulah dilakukan ritual Jalan Salib. Ritual Jalan Salib adalah melakukan napak tilas perjalanan Yesus memanggul salibnya ke Bukit Golgota tempat Dia disalibkan, dengan 14 perhentian. Di Larantuka, ritual ini dilakukan dengan mengarak Tuan Ma dan Tuan Ana di barisan paling depan.

Ritual Jalan Salib ini biasanya berlangsung hingga sekitar pukul dua pagi. Seluruh umat yang ikut membawa lilinnya masing-masing. Sepanjang jalan yang dilewati, juga telah terpasang lilin-lilin di pagar bambu. Suasana terasa kian sakral dan agung. Ribuan orang bersatu untuk satu tujuan: mengenang pengorbanan Yesus Kristus yang wafat di kayu salib untuk menebus dosa manusia. (Titien Wattimena)


 

Author

DEWI INDONESIA