Gali Lebih dalam Pesona Sejarah Mesir Kuno di Museo Egizio di Torino Italia
Museo Egizio di Torino Italia, musium penuh kekayaan sejarah Mesir kuno.
17 Aug 2015


Patung firaun Horemheb dengan dewa Amun (1319-1292 SM)
1 / 6

Kalau sempat tonton film komedi Night in the Museum yang dibintangi oleh Ben Stiller,  dan tergelak lebar, cobalah berkunjung ke Museo Egizio di kota Torino Italia, sebuah musium khusus benda-benda peninggalan sejarah Mesir kuno. Musium kebanggaan penduduk kota Torino, Italia, ini adalah musium Mesir terbesar di dunia di luar Museum of Cairo di negara Mesir, musium ini memiliki koleksi artefak Mesir kuno yang sangat kaya, dari mulai berbagai peninggalan raja Rameses the Great, pakaian-pakaian berusia lebih dari 5000 tahun, hingga sebongkah kuil (Temple of Ellesiya) yang dipindahkan utuh dari Mesir ke dalam musium. Museo Egizio memiliki 6500 macam benda yang dipajang di gedung tiga lantai (belum termasuk 26000 benda lagi yang belum memiliki tempat untuk pemajangan atau belum siap dipamerkan). Benda-benda itu tak akan mampu mengundang imajinasi tawa, apa lagi kalau membayangkan mereka tiba-tiba hidup dan bernyawa.

                Alur musium dimulai dari lantai atas, pada ruang awal pengunjung akan disambut dengan paparan lembar papirus yang sangat panjang (papirus adalah buku eksklusif pada jaman raja-raja Mesir, hanya dibaca oleh bangsawan dan petinggi), berjudul Book of the Dead, berisi goresan tangan yang sangat halus, rasanya seperti menggunakan pena Rotring bermata 0,1. Buku ini menampilkan konsep kehidupan setelah hidup di dunia fana, mereka percaya bahwa ada hidup setelah kematian, sehingga bagi setiap yang wafat akan dikubur dengan benda-benda yang akan ia pergunakan di kehidupan berikutnya.

                Benda-benda tersebut tentu bisa menggambarkan gaya hidup bangsawan Mesir di kala itu. Di antaranya ada cermin bertangkai genggam, tempat bedak, alat bantu penghisap opium, tembikar-tembikar kecil untuk berbagai tempat minyak wangi, pisau, sandal jepit, dan kendi-kendi untuk berbagai fungsi. Semua benda ini di tata rapi di dalam peti bersama jenazah yang sudah dibalut menjadi mumi. Peti mati, mumi, dan semua pitrantinya diletakkan di dalam ruang kaca dengan tata suhu yang terjaga, sehingga keawetan benda-benda tersebut tetap baik. Di sisi luar kaca diberi sedikit informasi tentang apa yang tersaji di dalam kaca.

                Satu peti mati yang mendebarkan bernama Anthropoid, dari tahun 1800 SM, benda ini diperkirakan bentuk awal peti mati yang meninggalkan bentuk segi empat yang konvensional. Anthropoid dibuat mengikuti bagian depan siluet tubuh sang mumi yangdiketahui bernama Puia, seorang tetua agama tertinggi kedua di daerah Amon di bawah kepemimpinan firaun wanita bernama Hatshepsut. Peti ini ditemukan oleh Egyptologist bernama Robert Mond, lalu dibeli oleh Ernesto Schiaparelli yang membawanya ke Italia. Ketika ditemukan di kawasan kuburan Puyemre, harta kekayaan di dalam peti ini sudah hilang dijarah pemburu perhiasan, mereka tidak menghargai artefak yang ternyata lebih berharga dan berguna sepanjang jaman.  

Selain artefak dan berbagai benda seni, Museo Egizio ini juga menampilkan foto-foto proses penemuan dan foto bagaimana rakyat setempat membantu orang asing yang akan membawa benda-benda tersebut meningalkan tempat mereka ditemukan. Foto-foto ini cukup mengharukan, seperti layaknya bangsa-bangsa Asia seabad yang lalu, bangsa yang tidak mengerti betapa berharganya sejarah. Mereka dengan tulus membantu kaum kolonial menggali peninggalan sejarah, dan menyaksikan benda-benda tersebut dibawa pergi tanpa menyadari bahwa harta sejarah masa lalu mereka telah direnggut. Foto-foto mereka ini bisa menjadi bahan pemikiran bahwa apabila satu masyarakat tidak mengerti betapa berharganya masa lalu, maka mereka pun tidak akan peduli kalau masa lalu mereka berpindah tangan, dan pada satu hari nanti generasi penerus mereka akan menggigit jari. (DN) foto: Dean

 

Author

DEWI INDONESIA