Perpaduan Harmonis Hunian Asri
Gaya tempat tinggal tidak selalu harus bersifat tunggal. Kuncinya adalah bagaimana menyelaraskan ragam para penghuninya agar menjadi perpaduan yang harmonis.
22 Mar 2018


1 / 4
Berdiri di atas lahan seluas 220 meter persegi, dari luar kediaman Agung Agusta dan Fitri Sulistyowati, terlihat begitu asri. Meski dindingnya berwarna abu-abu karena dibiarkan telanjang tanpa cat, semburat warna hijau dedaunan seolah hadir untuk menghangatkan.
 
Pohon yang ada di bagian depan rumah adalah pohon Liang Liu atau yang popular dengan nama Janda Merana. Pemilihan jenis pohon ini adalah murni ide Fitri. “Rumah ini unsurnya keras semua. Ada baja, batu, kayu, rasanya perlu unsur yang melembutkan,” katanya.
 
Ini memang bukan pilihan satu-satunya, tapi pilihan sang nyonya rumah yang akhirnya keluar menjadi juara. Walau bukan menjadi tujuannya, kehadiran pohon Liang Liu membuat area  depan rumah seperti taman zen. Dilengkapi dengan bangku-bangku kayu, saya bisa membayangkan betapa nikmatnya duduk-duduk di sini di sore hari.
 
Agung dan Fitri punya mimpi. Mimpi sebuah rumah dengan halaman, tempat mereka bisa menikmati alam. Mimpi sebuah rumah yang luas, dengan sekat minimalis. Mimpi-mimpi tersebut mereka masukkan ke area perluasan rumah. Besar di asrama tentara, Agung mengimpikan sebuah halaman yang penuh dengan tanaman. Namun ia sadar hal itu akan menghabiskan ruang yang cukup luas, sesuatu yang tidak ia miliki saat ini.
 
Solusinya, halaman pindah ke lantai atas. Tanaman yang ada di atas beragam bentuknya. Ada bunga anggrek, tanaman merambat, dan satu pohon Bodhi. Area roof garden ini juga berfungsi sebagai tempat berolahraga di pagi hari. Tempatnya cukup lapang dan menyejukkan karena  berada di tengah-tengah tanaman. Ada pula yang disebut Agung dan Fitri sebagai sudut galau. Tempatnya memang di pojok dan tersembunyi, cocok untuk menyendiri dan kontemplasi dengan kegalauan.
 
“Kita orang rumahan. Maka itu kita ingin rumah yang bikin kita nyaman. Setiap sudut ada feel-nya.” kata Fitri. diikuit tawanya yang renyah. Kami pun tertawa bersama. Memang itulah yang saya rasakan, kehangatan, atau yang disebut Fitri feel, di setiap sudut ruang hunian ini. Apalagi setelah Fitri mengeluarkan sepiring besar rujak untuk kami santap sore menjelang
malam itu. (NOFI TRIANA FIRMAN/PESONA) Foto: Shinta Meliza
 
Artikel ini pertama kali dimuat di www.pesona.co.id  dengan judul “Hunian Dengan Alter Ego”
 

 

Author

DEWI INDONESIA