Anne Patricia Sutanto Bertekad Menekuni Bisnis Sang Ayah
Pasang surut kisah Anne Patricia Sutanto dalam melanjutkan bisnis sang Ayah tidak pernah membuatnya menyerah.
24 Aug 2016


Ia tidak pernah bercita-cita menekuni bisnis, tapi menjadi seorang ilmuwan. Setelah menamatkan sekolah menengah atas di Jakarta, ia terbang ke Amerika Serikat untuk belajar teknik kimia di University of Southern California. Namun, arah hidup ternyata berubah. Pada Maret 1991, ayahnya terserang stroke saat tengah berkunjung ke Berkeley. Melihat kondisi sang ayah, ia merasa bertanggung jawab untuk mengambil alih kepemimpinan dalam usaha keluarga, apalagi pamannya yang tertua dan bersama-sama ayahnya dulu merintis usaha ini sudah meninggal dunia. “Ayah saya mendirikan dan memimpin PT. Kayu Lapis Indonesia bersama dengan dua paman saya, “ tutur Anne Patricia Sutanto, Presiden Direktur PT. Pancaprima Ekabrothers dan Wakil Presiden Direktur di perusahaan induknya PT. Pan Brothers Tbk, ketika kami berbincang akhir Juni lalu.
 “Ayah orang kuno dalam hal ini, sehingga Ibu tidak boleh bekerja. Tadinya saya ingin menjadi ibu rumah tangga seperti Ibu, ditambah lagi saya sudah berpacaran dengan pria yang menjadi suami saya sejak kami masih di SMA,” ujar Anne. Tetapi tak ada pilihan lain di tengah krisis. Ia segera mengutarakan keputusannya untuk menggantikan posisi ayahnya dalam perusahaan itu kepada ayah dan ibunya, tapi dengan mengajukan sebuah syarat. Ia ingin menamatkan kuliah lebih dulu.
Anne lulus pada akhir 1992, lalu kembali ke Indonesia untuk mewujudkan sebuah rencana. Namun, ia menghadapi rintangan. “Paman saya yang bungsu tidak mau menerima saya,” kenangnya. Pada akhir 1994 Anne kembali lagi ke Amerika Serikat untuk belajar di Loyola Marymount University hingga meraih master di bidang bisnis dan keuangan.
Anne ternyata tidak diizinkan pamannya menangani pemasaran. Ia juga dilarang mengurus keuangan. Pamannya meminta Anne pergi ke semua hutan yang menjadi area pengolahan. Tujuannya membuat Anne putus asa dan menyerah. Meski tanpa alasan yang masuk akal, pamannya memaksa Anne keluar dari perusahaan pada pertengahan 1996.
Pada 1997 pamannya dari sebelah ibu, yang merupakan pemilik usaha Batik Keris, meminta Anne bekerja di perusahaannya. Anne menolak. Bisnis keluarga tidak lagi menarik minatnya. Pamannya lantas memberitahunya bahwa tidak lama lagi Batik Keris akan mengambil alih Pan Brothers, perusahaan garmen. Ia pun bersedia menjadi salah satu direktur perusahaan tersebut. Namun, Sembilan tahun kemudian ia memutuskan berhenti. Ayahnya ingin ia mengambil semua pabrik kayu yang menjadi hak ayahnya di PT Kayu Lapis Indonesia. Ia terpaksa berhadapan dengan pamannya yang bungsu secara hukum.
Proses hukum berakhir di Mahkamah Agung. Anne menang di tingkat kasasi, “Bebas murni.” Bambang Setijo sebagai pendiri sekaligus pemilik saham Pan Brothers meminta Anne kembali bekerja untuk Pan Brothers dan menjadi presiden direktur. Presiden direktur dipegang Ludijanto, putra Bambang, rekan kerja yang dipercaya Anne. Pan Brothers kini melayani kebutuhan label internasional, seperti H&M, Uniqlo dan Adidas.
Dalam praktik, ia harus bertumpu pada kemampuan sendiri, “Tidak seperti anak-anak lain yang mempunyai orangtua, yang istilahnya akan memegangi dia agar jangan sampai jatuh, saya tidak memiliki kemewahan semacam itu.” Situasi yang cukup menyita pikiran dan energinya terjadi pada 2008. Ia terpaksa menutup salah satu perusahaannya di Jakarta yang terkena imbas dari perkara hukum dengan sang paman. Ia tidak hanya merasa kehilangan sosok yang mengajarkannya tentang kerja keras serta kerendahan hati, tapi menyesal belum sanggup mewujudkan amanat sang ayah, “Saya mendapatkan hak mengelola perusahaan di Solo dan Tangerang, tapi perusahaan di Sorong dan Kaliwungu masih dipegang paman.” Ia mencintai pekerjaannya, meskipun tak membayangkan akan terlibat sejauh ini.
Di kala senggang, Anne menekuni hobi. Selain membaca novel-novel percintaan dan thriller, ia menyimak berita-berita The Wall Street Journal untuk mengetahui perkembangan ekonomi dunia. (LINDA CHRISTANTY)
 

 

Author

DEWI INDONESIA