Du’anyam Mensejahterakan Perempuan Melalui Anyaman
Du’anyam memberdayakan wanita di desa terpencil melalui anyaman.
21 May 2018


1 / 3
Di desa Watudiran Nusa Tenggara Timur Apa yang mereka tanam adalah yang dimakan. Sistem ekonomi  tersebut membuat mereka jarang memegang uang tunai. Jika punya pun, uang tersebut tidak digunakan untuk kesehatan ibu dan anak. Masalah itu membuat Hanna, Ayu dan Melia memikirkan cara untuk menciptakan pendapatan alternatif bagi para perempuan disana. Jika para perempuan mempunyai penghasilan sendiri maka mereka akan dapat mengatur kebutuhan dirinya dan kesejahteraan keluarga.

Dari temuan potensi besar dari kemampuan perempuan menganyam anyaman lontar, terciptalah Du’Anyam yang berarti Ibu Menganyam. Du’Anyam memberdayakan perempuan dengan kemampuan peningkatan kualitas anyaman melalui masukan desain dan menerjemahkan kemauan pasar. Kerajinan tangan mereka akan dibeli putus untuk kemudian dijual secara luas. Kunci keberhasilan Du’Anyam terletak pada prinsip kolaborasi. Saat ini Du’Anyam telah berkembang ke Kalimantan, Papua dan Sidoarjo. Setiap daerah menghasilkan anyaman dengan bahan baku berbeda. NTT berbahan lontar, Kalimantan menghasilkan rotan, Papua dengan kulit kayunya dan Sidoarjo punya kenaf.

Perlahan-lahan perubahan ekonomi  terjadi. Du’Anyam bukan hanya tentang uang semata. Namun bagaimana akhirnya memperoleh kepercayaan diri dan mandiri berkat anyaman.Perempuan berhasil diberdayakan. Tanpa disadari, mereka juga menjaga tradisi anyaman yang hampir punah tetep lestari. Ada perasaan bangga ketika karyanya dipamerkan. Disamping itu, Du’Anyam juga punya memiliki program sosial seperti beasiswa untuk anak pengrajin dan pemberian makanan tambahan bernutrisi. Tiga pilar Du’Anyam meliputi promosi budaya, pemberdayaan perempuan serta peningkatan kesehatan.

“Mimpi kami di lima tahun kedepan adalah, Du’Anyam bisa menjadi rumah anyaman Indonesia dan menjadi pelestari kearifan lokal. Kami juga berharap semua perempuan dapat  mandiri dan berkembang,” kata Hanna Keraf Co Founder & Chief Community Officer Du’Anyam. Selama masih ada tangan-tangan perempuan terus menganyam,maka kehidupan Du’Anyam dan komunitas didalamnya akan terus berjalan. (WHY) Foto: Dok. Du’Anyam
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA