Hanafi & Nukila Amal: Cerita Amal dalam Seni
Buku adalah upaya mereka memandaikan dan membagi daya hidup bagi masyarakat di kawasan timur Indonesia, halaman belakang negeri ini.
17 Jan 2016



Akhir tahun 2012, sebuah buku cerita anak berjudul Mirah Mini – Hidupmu, Keajaibanmu diluncurkan di Dia. Lo. Gue Art Space. Lazimnya sebuah buku anak, Mirah Mini dicetak dalam ukuran besar, kaya gambar warna warni dengan rangkaian kalimat pendek-pendek yang lugas dan naïf. Namun buku Mirah Mini bukan sekadar buku anak yang menjadi medium belajar dan bermain bagi anak-anak, terutama di berbagai pelosok Indonesia bagian Timur di mana buku itu secara gratis disebarkan. Dari buku itu, penulis Nukila Amal, seniman Hanafi dan istrinya, Dinda Luthvianti serta sahabat mereka, penyair Zen Hae yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Indonesia Cipta (MIC) bisa menggelar residensi bagi 20 seniman dan penggiat komunitas dari wilayah timur Indonesia. MIC sendiri merupakan inisiatif yang digagas keempat sahabat itu untuk dapat mendukung pengembangan seni-budaya dan pendidikan bagi kaum muda dan anak-anak di Kawasan Timur Indonesia dengan focus pada pemberdayaan seniman muda usia. Pada residensi pertama yang diadakan tahun 2012 itu ada 20 peserta dari lima wilayah yakni Maluku Utara (Ternate), Maluku (Ambon), Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang turut serta. 
Pembuatan buku Mirah Mini kala itu merupakan program awal yang mendahului program MIC lain yang semuanya bermuara pada keinginan empat penggagasnya mendukung pengembangan seni budaya juga pendidikan bagi kaum muda dan anak-anak di kawasan timur Indonesia dengan fokus pada pemberdayaan seniman muda usia.  Penggalangan dana dilakukan dengan membuat pameran karya Hanafi yang merupakan semua seri ilustrasi dalam buku Mirah Mini yang dilukis di berbagai medium, mulai kanvas hingga kertas. Seluruh hasil penjualan karya tersebut, bersama dana dukungan yang mereka terima dari Kementian Pendidikan dan Kebudayaan serta beberapa donatur dialokasikan untuk merealisasikan program lain MIC seperti mendistribusikan 1000 buku Mirah Mini secara Cuma-Cuma ke berbagai perpustakaan sekolah dasar/umum, taman kanak-kanak, taman bacaan, komunitas seni, pesantren, sekolah minggu juga organisasi atau lembaga pemerhati anak dan pendidikan yang ada di kawasan timur Indonesia.
Hanafi dan Nukila menolak menyebut apa yang mereka lakukan bersama MIC sebagai aktivitas charity atau filantrofi. “Ini sebuah kerja yang harus dilakukan. Kami mengambil tugas pemerintah yang semestinya melakukan pemberdayaan itu. Tapi kalau pemerintah tak melaksanakannya, hal yang harus dilakukan oleh kita adalah mengambil tugas itu dan melakukan semampu yang bisa kita lakukan. Sesampainya daya kita bisa mewujudkannya. Kalau bukan inisiatif mandiri masyarakat, siapa lagi yang akan melakukannya?” Hanafi berujar, seperti pada dirinya sendiri. (ISA), Foto: Denny Herlianso, Pengarah gaya: Yudith Kindangen, Busana Nukila: Eri, Busana Hanafi: Danjyo Hyoji, Lokasi: Studio Hanafi, Depok.
 

 

Author

DEWI INDONESIA