Simak Beberapa Pameran Seni dari penjuru Dunia pilihan Dewi
Berikut adalah pameran-pameran seni yang menampilkan interaksi irtistik lewat setiap karyanya.
15 Jul 2017



Pameran bertajuk Exhibition Maurice Denis and Eugène Delacroix From Studio to Museum dan berlangsung di Museum National Eugène-Delacroix, Paris, ini menghubungkan antara Musée Delacroix dan arsip-arsip Maurice Denis, untuk mengenang dan menunjukkan pengaruh Delacroix terhadap karya-karya pelukis yang lahir sesudah kematiannya di abad ke-20. Berdasarkan studi dan analisis terhadap arsip-arsip Musée Delacroix, pameran ini juga akan menampilkan karya-karya penting Denis dalam interaksinya dengan Delacroix.

Sedangkan Tate Modern di London menyelenggarakan pameran retrospektif  terbesar pertama di Inggris selama 20 tahun untuk karya-karya Alberto Giacometti. Pameran besar dan ambisius ini kembali menempatkan posisi Giacometti di samping Matisse, Picasso dan Degas sebagai salah satu pematung dan pelukis hebat abad ke-20. Melalui akses tak terbatas terhadap koleksi dan arsip dari Alberto Et Annette Giacometti Foundation di Paris, Tate Modern berhasil mengumpulkan lebih dari 250 karya Giacometti untuk dipamerkan, termasuk karya-karya yang belum pernah atau jarang diketahui publik.  

Selain lukisan dan patung dari khazanah seni rupa, mode dianggap salah satu bentuk seni yang menampilkan berlapis makna.  Ia juga mencerminkan kepribadian, status dan adat istiadat penggunanya. Munson-Williams-Proctor Arts Institute atau NWPAI menggelar Dressed to Nines: Williams-Proctor Fashions, sebuah pameran pakaian bersejarah dari keluarga Williams-Proctor. Koleksi yang ditampilkan terdiri dari pakaian berkabung Rachel Williams dan busana wanita, pria, dan anak-anak di pameran ini akan memperlihatkan bagaimana pakaian tersebut dibuat dan fungsinya pada abad ke-19 di kalangan atas New York, yang seolah menuturkan kembali kisah-kisah sejumlah orang yang dulu mengenakannya.

Di MoMA, sebuah pameran memperlihatkan pencapaian yang menakjubkan para seniman perempuan dari masa akhir Perang Dunia II dan dimulainya gerakan feminis sekitar tahun 1968. Pasca perang, perubahan dalam masyarakat memungkinkan sebagian besar perempuan bekerja secara profesional, meski karya para seniman perempuan masih sering kali diabaikan atau ditolak di dunia seni  yang didominasi laki-laki. Pameran ini menampilkan lebih dari 100 lukisan, patung, foto, gambar, cetakan, tekstil dan keramik dari sekitar 50 seniman, yang seluruhnya berasal dari koleksi museum. (WHY) Foto:  MoMA, The Musée National Eugène-Delacroix, Tate London, MWPAI

 

 

Author

DEWI INDONESIA