Simak Cerita Keberhasilan Film Pendek Wregas Bhanuteja di Ajang Cannes Film Festival
Cannes Film Festival menjadi bukti nyata keberhasilan film pendek yang dibuat oleh Wregas Bhanuteja.
20 Aug 2016


Wregas masih duduk terdiam di kursi teater Espace Miramar, Cannes, Prancis, beberapa saat setelah judul filmnya Prenjak (In The Year of Monkey) diumumkan sebagai film pendek terbaik. Malam itu ialah malam penganugerahan Semaine de La Critique, kategori dalam festival film internasional bergengsi, Cannes Film Festival, yang mengkompetisikan 10 film karya sutradara baru dan berbakat dari seluruh dunia.
 
Prenjak (In The Year of Monkey) berkisah tentang seorang karyawati restoran yang menjual korek api pada rekan kerjanya, seorang pria, karena ia sangat membutuhkan uang. Sebatang korek api ia jual dengan harga Rp10.000. Dengan uang tersebut pembeli bisa menyalakan korek dan melihat alat kelamin sang perempuan di ruang gelap. Kemudian penawaran berbalik. Pembeli korek api menawarkan uang dengan nominal yang dibutuhkan penjual, asalkan ia mau melihat alat kelamin pembeli menggunakan korek api gas miliknya.
 
Meski demikian Prenjak (In The Year of Monkey) tidak terkesan porno. Film ini justru menyiratkan kesan kelam. Sebuah kisah yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan masyarakat di negeri ini, yang disampaikan Wregas dengan cara sederhana. Dalam pembuatan Prenjak (In The Year of Monkey) Wregas dibantu oleh empat sahabat karibnya. Henricus Priya, Yohanes Budyambara, Rosa Winenggar, dan Ersya..
             
Dari sekadar penikmat seni, mereka merasa perlu untuk membentuk ruang seni yang bisa mengakomodir orang-orang ‘tersingkirkan’ seperti mereka. Maka bersama, mereka kemudian mendirikan Studio Batu yang dibangun empat tahun lalu. Terletak di Jalan Sosrowijayan, Yogyakarta, Studio Batu jadi tempat pameran seni rupa, pemutaran diskusi film, pementasan teater, tari dan musik.
                                                                                         
Pada usia yang ke 17 ia meminta hadiah handycam pada ibunya. Setiap hari Wregas membawa handycam itu ke sekolah. Di saat yang sama Wregas mulai membuat film pendek pertama berjudul Muffler. Film tersebut ia ikutsertakan dalam kompetisi film pendek di Jakarta dan berhasil memenangkan penghargaan. Sampai saat ini ia telah membuat tiga karya film pendek dengan genre drama yaitu Senyawa, Lemantun, dan Prenjak.
 
Lewat film saya ingin melawan para pembunuh karakter yakni orang-orang yang menghakimi orang lain, memaksakan kehendak, dan meremehkan orang lain,” tuturnya.  (JAR) Foto: Previan Pangalila
 

 

Author

DEWI INDONESIA