Suciwati Akan Membuka “Omah Munir”
Besok malam, konser Glenn Fredly dan lelang lukisan akan digelar untuk menggalang dana bagi Omah Munir .
20 Nov 2013


Kamis (21/11) malam besok akan menjadi awal baru perjuangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Suciwati Munir. Istri mendiang Munir Said Thalib, pejuang HAM, pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial yang tewas terbunuh dalam penerbangan menuju Belanda pada 7 September 2004 itu akan mendirikan “Omah Munir”. Kamis (21/11) besok, sebuah konser musik dan lelang lukisan akan diadakan untuk menggalang dana mendukung pendirian “Omah Munir” yang akan jadi Pusat Pendidikan dan Kampanye Hak Asasi Manusia (HAM) sekaligus museum HAM pertama di Indonesia. Dalam konser yang akan dilakukan di Galeri Indonesia Kaya, di West Mall Grand Indonesia mulai pukul 17.30 hingga 20.30 akan tampil musisi Glenn Fredly dan akan dilelang beberapa karya dari dua seniman dalam kesempatan tersebut.
 
Mengenang Munir kini, hampir sepuluh tahun dari kematiannya pada 7 September 2004 silam, memang sama dengan mengenang perjuangan tak kenal lelah Suciwati mencari keadilan bagi suami kesayangannya itu. Suci tak surut meski hampir satu dekade berlalu dan kasus kematian suaminya masih terus menemui jalan buntu menuju keadilan. Ia tak lelah menjalani setiap proses pencarian keadilan buat suaminya. Suci berdiri paling depan di barisan pejuang HAM untuk ‘melawan lupa’ yang dilakukan negara atas kasus-kasus ketidak adilan HAM yang terjadi di negeri ini. “Bukan semata-mata melawan lupa untuk kasus kematian Munir, tapi untuk setiap kasus ketidak adilan,” katanya ketika diwawancarai lewat telepon beberapa saat lalu.      

Di tengah perjuangan panjang yang ia lakoni, Suci menggagas pendirian “Omah Munir” yang menurut rencana akan dibuka 8 Desember 2013, bertepatan dengan hari lahir suaminya. Omah Munir yang berlokasi di rumah mereka di Batu, Malang, akan difungsikan sebagai sebuah sekaligus museum yang akan menyimpan buku-buku serta berbagai memorabilia milik Munir. “Segala hal di rumah ini selalu mengingatkan saya pada Munir. Di rumah ini, Munir masih hidup lewat kenangan tentang nilai-nilai keadilan HAM yang ia yakini dan semangatnya yang tak pernah putus memperjuangkan keadilan itu. Nilai-nilai dan semangat yang mungkin tidak pernah dipelajari para pejabat itu yang ingin saya kenalkan pada sebanyak mungkin masyarakat Indonesia agar suatu ketika ketidakadilan HAM tak lagi terjadi di sini ,” kata Suci.

Menurut ibu Alif Allende dan Diva Suukyi ini, pembuatan Omah Munir adalah strategi lain gerakan melawan lupa yang terus digulirkan oleh Suci dan sahabat-sahabat Munir. Energi untuk mencari keadilan bagi Munir menurut Suci serupa air yang selalu bergerak mencari celah untuk mengalir. “Ketika jalur hukum hanya memberi jalan-jalan buntu, kami mencari jalan lain  yang mungkin bisa membuat keadilan akan sampai pada tempat terbaiknya. Perspektif tentang keadilan HAM dalam masyarakat adalah sesuatu yang harus diubah dan perbaiki agar ketidak adilan yang dialami suami saya tidak akan terjadi lagi pada orang lain. Buat saya, Omah Munir adalah bentuk perlawanannya yang tidak akan habis guliran dan gemanya,” kata Suci mantap. (ISA), Foto: Dok. Dewi

 

Author

DEWI INDONESIA