Ungkap Kisah Editor Dewi Bereksperimen dengan Ketogenic Diet
Editor dewi berbagi kisah unik bereksperiman dengan ketogenic diet.
22 Dec 2015


Memulai persiapan dengan membaca Keto Clarity dari Eric Westman MD, dan Jimmy Moore, kemudian mendapatkan rasio nutrisi makro dari kalkulator keto yang ada di internet. Dibuatlah rencana menu sehari-hari untuk Ketogenic Diet. Karena disarankan asupan karbohidrat kurang dari 20 gram, saya hanya mengonsumsi salad dalam jumlah cukup banyak di waktu makan siang. Lupakan buah, karena terlalu manis dan terlalu tinggi kandungan gulanya. Protein pun harus dipotong hingga separuh dari yang saya biasa konsumsi ketika sedang melakukan Paleo. Jika dulu bagian berlemak dari daging sering dibuang, kini justru dipastikan untuk memakannya, karena PR saya adalah mengonsumsi lemak lebih dari 100 gram per hari. Fatty pork belly? Bring it on!

Jika selama ini masyarakat menganggap lemak sebagai momok, maka saya merasa gagah berani membalurkan apa saja yang saya makan dengan butter (bukan margarin, tapi butter asli). Salad yang saya makan, harus disiram dengan minyak kelapa asli (Virgin Coconut Oil), kemudian ditaburi dengan keju. Kalau saya terasa lapar malam hari biasanya saya akan mengudap dua potongan butter cukup besar, sesekali ditambah beberapa kacang mete, atau selai kacang mete yang saya buat sendiri tanpa gula. Tidak menyangka, saya akan rindu sekali makan jeruk, mangga, pisang dan buah-buahan manis lainnya.
Masih penasaran soal ukur mengukur, saya menemukan alat pengukur glukosa darah yang juga bisa mengukur ketone di salah satu toko online, lantas membelinya. Ukuran ketone dalam darah yang optimal disebutkan 0.5 sampai 3 mmol/ liter. Pertama kali ketika saya mencoba mengukur, saya hanya sempat makan pagi dan seharian sibuk mondar mandir di acara tempat saya bekerja, ketone level saya mencapai 5.3 mmol/ liter, tanpa terasa lapar. Tetapi setelah gaya hidup kembali rutin, alat pengukur ini secara stabil menunjukkan angka 1.7 mmol/ liter.

Sayangnya berat badan tidak bisa diukur karena saya tidak memiliki timbangan. Tetapi lingkar pinggang ternyata sudah berkurang 3 sentimeter. Beberapa orang teman juga berkeras menanyakan skin care yang saya gunakan karena wajah saya menurut mereka tampak terlihat lebih cerah. Energi terasa meningkat, tetapi saya merasa performance ketika saya berolahraga tetap sama. Hanya saja dibandingkan dengan ketika saya belum melakukan diet ini, saya sekarang bisa berolahraga dalam waktu lebih lama sebelum merasa 'hit the wall'.

Apakah saya akan meneruskan gaya hidup baru ini? Tentunya! Saya merasakan banyak manfaatnya dari mudaratnya. Keinginan saya untuk makan yang manis, nyaris binasa. Padahal itu adalah kelemahan terbesar saya. Hanya penurunan berat badan yang sepertinya bisa lebih cepat. Mungkin saya harus mengurangi melahap segala macam keju lezat dan kacang-kacangan untuk sementara. (Leila Safira) Foto: Fotosearch
 

 

Author

DEWI INDONESIA