Sekelumit Kisah Kecantikan Kota Biru Chefchaouen di Maroko
Tak hanya seputar Marrakesh dan Fes, Kota Biru Chefchaouen juga patut masuk dalam destinasi pelesir Anda di Maroko.
15 Jun 2018


1 / 4
Hujan sedang turun dengan derasnya ketika saya dan keempat kawan tiba di area kota tua Chefchaouen, Maroko. Seperti kota tua lainnya di Maroko, area ini dikelilingi pagar. Bangunan di area depan ini berwarna biru, persis pemandangan yang sebelumnya hanya saya lihat di Pinterest. Menghirup udara Chefchaouen kala itu sedikit menyakiti hidung karena tiba-tiba kami disambut udara dingin.
 
Rasanya seperti belum percaya saya bisa menginjakkan kaki di sini. Kami berangkat dari kota Fes, sekitar 200 kilometer dari sini. Perjalanan menggunakan mobil memakan waktu kurang lebih empat jam. Jalan yang kami lewati rata dan lurus saja, membuat mata menjadi berat dan akhirnya saya terlelap. Pemandangan terakhir saya adalah deretan pohon zaitun di bawah teriknya sinar mentari dan hamparan padang sejauh mata memandang. Siang yang panas dan terik berganti menjadi langit yang kelabu. Pandangan saya langsung menuju bangunan-bangunan berwarna biru di atas sana, Chefchaouen.
 
Dengan elevasi 564 meter, udara di kota ini cukup sejuk di siang hari. Namun hari itu terasa dingin sekali karena sedang hujan. Setelah berjalan menanjak, melewati tangga-tangga, kami tiba di penginapan yang tentunya berwarna biru juga, Dar Sababa. Ada dua jenis penginapan di Maroko, riad dan dar. Keduanya dulu adalah rumah tinggal yang disulap menjadi penginapan. Riad berukuran lebih luas dengan kebun dan kolam di tengah rumah, setidaknya itu yang saya lihat di kota-kota lain di negara ini. Sementara dar hanya memiliki halaman kecil di tengah rumah. Kami tinggal di sebuah dar milik keluarga. Yang bekerja di sana pun masih ada hubungan saudara dengan pemiliknya.
 
Dar ini terdiri dari tiga lantai dengan rooftop terrace. Saat masuk ke kamar, saya teringat weekend getaway ke Puncak ketika masih kecil dulu. Dinding dan lantai kamar seperti mengeluarkan hawa dingin. Kasur yang dibalut seprai putih seolah mengundang saya untuk berbaring. Udara seperti ini memang cocok untuk bermalas-malasan.
 
Hari sudah mulai gelap ketika kami memutuskan untuk keluar mencari makan. Restoran yang kami tuju, Bab Ssour, punya rating yang cukup baik di situs Tripadvisor. Restoran tersebut terlihat biasa saja, tapi dipenuhi pengunjung. Di dalamnya hangat karena sebagian besar makanan dihidang menggunakan hot plate. Semuanya terasa lezat, entah karena bahan baku yang fresh atau karena udara dingin membuat perut kami keroncongan.
 
Teks & Foto: Nofi Triana Firman
 
 Temukan ulasan lengkapnya dalam edisi terbaru majalah Dewi. Unduh majalah Dewi di Google Play Store atau Apps Store.
 

 

Author

DEWI INDONESIA