Simak Kisah Chef Sezai Zorlu Pendiri Restoran Turkuaz
Walau tidak berbekal pendidikan tinggi, Chef Sezai Zorlu membuktikan bahwa disipilin dan niat mampu mengantarkannya menjadi juru masak ternama.
10 Aug 2017


1 / 2
Ada pepatah bilang, ibu adalah guru pertama dan terbaik dalam kehidupan. Dalam kehidupan Chef Sezai Zorlu, plus sosok seorang nenek. Juru masak yang tak pernah mengenyam pendidikan memasak secara resmi ini memang belajar langsung dari sang ibu dan nenek di dapur. “Saya merasakan kegiatan nenek dan ibu saya setiap hari memasak untuk banyak orang, tiga kali sehari. Tanpa henti. Apalagi kami memiliki tradisi untuk berkumpul bersama di akhir pekan, kalau dihitung, nenek saya harus memasak untuk 56 orang,” ujarnya. Tradisi kumpul keluarga ini menjadi sebuah memori manis yang membekas dalam ingatan Sezai, hingga ia pun terbiasa memasak untuk banyak orang.
 
Chef Sezai lahir dan besar di Iskenderun, bagian selatan Turkish Mediterrannian, di pedesaan asri dan tentram. Turun temurun mereka hidup sebagai petani dan juga berkebun. Dengan membantu keluarganya di ladang, ternyata memperdalam khasanah pengetahuan Sezai terhadap berbagai jenis tumbuhan dan bumbu dapur. Dari kegiatannya ini juga yang membuat Sezai kemudian amat paham bagaimana memilih bahan makanan yang segar dan berkualitas. 
Sebelum menjejakkan kaki ke Indonesia, Chef Sezai terlebih dahulu bermukim di Singapura pada 1995 - 1999 bersama sang ayah untuk membantunya menjalankan bisnis empat restoran. Lalu apa yang membuat Chef Sezai akhirnya berpisah dengan ayahnya dan memilih untuk ke Indonesia? "Ayah saya tidak mau membuat restoran seperti yang saya mau,  jadi saya pilih untuk pergi ke Indonesia di mana saya bisa mendirikan restoran dengan visi saya," ujar juru masak yang sempat memasak untuk Raja Salman ini.
 
Akhirnya pada 2011, Ia pun mendirikan Turkuaz di Kemang, Jakarta, sebuah restoran Turki dengan spesialis hidangan kerajaan Ottoman. "Setelah hampir 12 tahun di Indonesia, akhirnya saya mendirikan restoran saya sendiri, dan saya yang mengatur bagaimana memberikan pelanggan saya servis yang terbaik."
 
Bagi Sezai, hidangan Indonesia dan hidangan Turki tidak terlalu berjarak. Sehingga saat memulai bisnis restoran Turki di Jakarta, Sezai langsung mendapat tempat di hati pecinta kuliner di Jakarta. "Setiap hidangan di dunia menggunakan bahan dan cara yang sama, yang membedakan adalah budaya serta takarannya. Kalau di Turki lebih banyak domba dan kambing, di Indonesia jarang. Kalau di Indonesia menyukai hidangan pedas, di Turki tidak. Hanya seperti itu perbedaannya, tidak sulit."
 
Sezai sendiri sangat menyukai hidangan Indonesia, terutama dari daerah Sumatera Barat. Baginya, cara memasak hidangan dari daerah ini sungguh menarik dan dapat diterima dengan baik lidah perasanya. Tak disangka, Sezai sangat menikmati hidangan kikil. Tak hanya itu, untuk urusan makanan yang disukai, ia rela menyambangi daerah pinggiran hanya untuk menikmati hidangan seporsi sate kambing. “Saya tidak masalah jika harus pergi ke pelosok-pelosok hanya untuk mencari makanan yang lezat.”
 
Sadar dengan keterbatasan akan pendidikan formal, Chef Sezai membekali dirinya dengan banyak banyak belajar serta selalu detail dalam melihat sesuatu. Tak sungkan ia membeli buku - buku serta ensiklopedia mengenai hidangan. Hal ini yang kemudian membuatnya mendapat predikat sebagai spesialis hidangan Kerajaan Ottoman di Jakarta dan diundang khusus untuk memasak bagi Raja Salman dan keluarga saat kunjungan beberapa bulan lalu. "Jika Anda memiliki niat dan disiplin, Anda memiliki kesempatan yang sama dengan banyak orang, meski Anda datang dari pendidikan yang rendah."
 
Saat bertandang ke Turkuaz, Anda akan mengerti mengapa Chef Sezai disebut sebagai spesialis. Hampir seluruh isi dari Turkuaz layaknya museum sejarah Turki. Deretan buku, keramik, lembaran karpet dengan harga fantastis, untaian lampu dengan ukiran tangan, serta elemen dekorasi antik lainnya, membuat Anda akan berdecak kagum dengan totalitas Sezai mendesain restorannya. "Saya sangat menghargai kebudayaan, semua hal yang terbuat dari tangan dan kerja keras manusia, saya kumpulkan dan ingin saya perlihatkan pada pengunjung restoran. Orisinalitas adalah kunci dari semuanya."  
 
Sempatkan untuk menikmati hidangan di private room yang bernama Sultan Room. Di sini, interior setiap sudutnya menyimpan nilai sejarah dan budaya. Anda akan temukan karpet berusia 300 tahun hingga kertas obligasi dari bank Turki berabad – abad lalu. Semua tersimpan dengan sangat rapi dan menarik. Designer Nada Lahlau yang berasal dari Maroko, dipercaya Sezai untuk mendesain seluruh ruang di Turkuaz.
 
Kini untuk mengisi waktu luang, selain menjadi salah satu pengisi acara memasak di televisi swasta, Sezai juga membantu sang adik dalam bisnis karpet dan lampu gantung. Di lain waktu, Ia akan bersantai sembari menikmati kehangatan kopi Turki dan menghisap shisha. Olahraga golf juga Ia lakoni sebagai sebuah hobi. Namun tak ada yang lebih berarti dibandingkan memasak. Bagi Sezai, memasak adalah hidup itu sendiri, tidak hanya menyoal mengenai bisnis, ia berjanji tidak akan pernah berhenti memasak selama masih hidup. “Anda tidak akan pernah mendengar saya tiba – tiba pensiun dari dunia memasak. Selama saya masih hidup, saya akan terus memasak.” Begitu menyenangkannya dapat hidup dari sebuah kegemaran. (TA) Foto: Shinta Meliza, dok. Turkuaz, dok. Sezai Zorlu
 

 

Author

DEWI INDONESIA