Perjalanan Rumah Mode Fendi dari Italia Hingga di Panggung Internasional
Dimulai dari hanya sebagai bisnis keluarga hingga menjadi salah satu rumah mode besar dunia, berikut sejarah panjang rumah mode Fendi yang menginspirasi.
3 Nov 2016


 



Kembali ke tahun 1925. Fendi, layaknya kebanyakan bisnis di Italia saat itu, merupakan perwujudan dari usaha keluarga yang dirintis pasangan suami-istri, Edoardo dan Adele. Via del Plebiscito, Roma, dipilih keduanya ketika mendirikan workshop pertama mereka yang fokus pada pembuatan tas tangan dan pengerjaan material bulu. Dalam waktu enam tahun, kesuksesan Fendi diwujudkan dengan dibukanya butik pertama di Via Piave, Roma (1932). Tempat di mana rangkaian baru produk kulit dan atelier khusus untuk pembuatan material bulu—yang hingga kini begitu identik pada label ini—dilansir. Salah satu yang paling ikonis ialah koleksi kohesif dari tas Selleria. Setahun berselang, kesuksesan Selleria diikuti pula oleh seri tas Pergamena (1933). Seiring pertumbuhan bisnis, workshop produk kulit dan bulu mengalami ekspansi pesat selama kurun 1930-an hingga 1940-an. Membuat nama Fendi populer hingga di kota-kota lain di luar Roma. Era baru tiba kala di akhir 1940-an, kelima putri Edoardo dan Adele mulai bekerja di bisnis keluarga. Ide-ide segar generasi kedua ini hadir perdana lewat koleksi kapsul high-end fur bertajuk Amore (love) yang dipresentasikan di Grand Hotel, Roma.
Di tahun 1965, mereka mencoba hal baru: berkolaborasi dengan pihak luar. Pilihan pun jatuh kepada desainer Karl Lagerfeld. Revolusi desain terjadi dalam rumah mode Fendi. Produk material bulu didesain dan diinterpretasikan ulang menjadi rangkaian busana yang lebih ringan dan modern. Di saat yang sama, Lagerfeld mendesain logo ikonis ‘double F’ (fun furs), yang di kemudian hari menjadi salah satu logo paling kesohor. Kolaborasi bersama Karl Lagerfeld menjadi langkah awal bagi Fendi dalam menaklukkan pasar internasional. Terbukti, di tahun 1968 koleksi produk kulit lansirannya menarik perhatian retailer Amerika, termasuk Bloomingdale’s, yang membeli seluruh koleksi tersebut dan memamerkannya di butik Bloomingdale’s di kawasan prestisius 5th Avenue, New York. Setahun kemudian, Fendi mempresentasikan untuk pertama kalinya koleksi busana bulu siap pakai di Sala Bianca, di dalam istana Renaissance bersejarah, Palazzo Pitti, di Florence.
Kolaborasi Fendi dengan sineas-sineas terkemuka Italia, layakanya Luchino Visconti, Federico Fellini, Franco Zeffirelli, Mauro Bolognini, membuat rumah mode tersebut kerap dikonotasikan dengan berbagai mahakarya industri sinema klasik Italia. Tak mengherankan, pada akhir era 60-an, Fendi menjadi salah satu merek yang paling sering diasosiasikan dengan sejumlah selebritas dan tokoh dunia: dari Silvana Mangano, Diana Ross, Sophia Loren, Jacqueline Kennedy Onassis, Princess Soraya, Liza Minelli, dan Monica Vitti.
Berbagai pencapaian dan kesuksesan yang direguk tak membuat Fendi melupakan akar historisnya. Di tahun 2013, rumah mode tersebut mengumumkan komitmen mereka untuk mempertahankan nilai-nilai historis dan peninggalan budaya yang ada di Italia. Salah satunya adalah dengan proyek inisiatif Fendi for Fountains yang ditujukan bagi restorasi Trevi Fountain yang legendaris.
Merayakan 50 tahun kolaborasi dengan Karl Lagerfeld—kolaborasi terlama sepanjang sejarah antara rumah mode dan desainer—Fendi pun menggelar Haute Fourrure perdana mereka di  Théâtre des Champs-Élysées, Paris, sebagai langkah pertama dalam memasuki ranah haute couture. Masih dalam semangat perayaan yang sama, sebuah buku, Fendi by Karl Lagerfeld, diluncurkan sebagai bentuk apresiasi pada kontribusi sang maestro.  Tak hanya mengapresiasi kota Roma dan Karl Lagerfeld, komitmen Fendi untuk mempertahankan tradisi diwujudkan lewat dibukanya Accademia di Sartoria Maria Antonietta Massoli. Sebuah akademi fine tailoring yang mengasah bakat generasi baru untuk menjadi artisan terampil di masa depan. (RW) Foto: Dok. FENDI
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA