Fenomena Mode Busana Muslim dari Sudut Pandang Dunia
Perpaduan aturan prinsipil dan simbol menjadi sebuah ekspresif pada tren modest wear.
20 Jun 2017


1 / 3
Muslim fashion dahulu merupakan dua kata sulit yang dibayangkan untuk bersanding bersama. Satu kata bersinonim pada aturan prinsipil (yang bahkan di beberapa negara diatur secara hukum), kata lainnya justru simbol ekspresif yang identik dengan kesan glamor dan gaya hidup barat. Namun menoleh beberapa tahun ke belakang, Muslim fashion sepertinya menjadi hal yang umum di dunia mode. Dari koleksi luxury hijabs dan abaya dari Dolce & Gabbana (2016); koleksi burkini (baju renang tertutup) yang dilansir Marks and Spencer pada musim panas 2016; Uniqlo yang memperkenalkan koleksi modest wear berkolaborasi dengan desainer Hana Tajima untuk para mipster (sebutan bagi kaum hipster Muslim muda) lewat breezy dresses dan iconic hijabs; Debenhams London yang membuka area khusus yang menjual kebutuhan busana Muslim; munculnya London Modest Fashion Week untuk pertama kalinya di tahun ini; maraknya agensi model yang secara spesifik menaungi model wanita Muslim; hingga pesona mantan finalis Miss Minnesota, Halima Aden, model berdarah Somalia-Amerika yang mulai dikenal publik sejak berjalan untuk show Kanye West atau Mariah Idrissi, model berhijab pertama yang menghiasi kampanye label global H&M.

Fenomena di atas tak lepas dari fakta menguatnya daya beli wanita Muslim, terlebih kaum muda usia aktif dan ingin tampil berbeda namun dalam koridor keimanan mereka (mereka yang masuk dalam kategori neo-liberal global consumer culture). Di Arab Saudi sendiri, peningkatan jumlah wanita yang bekerja merubah sedikit-banyak pola konsumsi fashion di pasar. Kepekaan wanita Arab akan tren dan merek luks yang dahulu sulit diidentifikasi karena tertutup abaya kini sedikit berubah. Pasalnya, abaya yang serunut sejarah selalu hadir dalam warna hitam, sekarang dengan mudah ditemui dalam ragam warna dan hias sulam.

Secara numerik, data yang dilansir oleh Thomson Reuters, Dubai Islamic Economy Development Centre, dan DinarStandard untuk laporan tahun 2016/17; menunjukan estimasi pengeluaran konsumen Muslim yang mencapai $243 miliar dolar untuk busana (2015), atau meningkat 5,7% dari tahun sebelumnya. Angka yang tentu menjadi peluang tersendiri bagi pelaku mode yang jeli melihat potensi pasar.

Reina Lewis, profesor bidang studi kultural di London College of Fashion serta editor dari buku Modest Fashion: Styling Bodies, Mediating Faith, mengungkapkan jika Islamic atau Muslim fashion kini memasuki tahap yang paling menarik. Munculnya emerging market dari negara-negara berpenduduk masyoritas Islam, identitas religio-ethnic yang beragam, serta kultur historis yang berbeda dari tiap negara, membuat Muslim fashion jauh dari kesan homogen. Dari wanita Muslim yang memilih mengenakan hijab (penutup kepala) dan yang tidak, ibu muda atau yang berprofesi sebagai musisi, hingga usahawati atau pekerja kantoran.

Turunan dari hal tersebut ialah estetika modest wear yang hadir bervariasi. Ada yang menggunakan kerudung dengan berbagai hias megah dan bordir payet, ada yang memilih hanya menutup kepala tapi tidak pada bagian leher dan telinga yang masih berhias, ada yang memutuskan menggenakan serba tertutup dalam warna gelap, dan ada pula yang mengenakan celana denim pas badan dengan sepatu bertumit tinggi. Meski estetikanya terbilang dinamis dan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun kebutuhan dasar akan berpakaian tetaplah sama, yaitu tertutup, bergaya, dan santun ala timur. Dari sinilah, gaya modest wear menjadi sesuatu yang mainstream dan bisa diterima publik dalam bingkai lebih luas—dalam artian, wanita Muslim yang tidak religious namun lebih nyaman terlihat sopan dalam berpakaian atau bahkan wanita non Muslim.

Menggunakan hijab—dan pakaian bernuansa Islami lainnya—atau tidak tentu merupakan pilihan personal yang tidak dapat diintervensi siapapun. Namun, modest wear yang kini hadir seolah menjadi cermin dari dunia mode universal, di mana wanita bebas menentukan pilihan mereka. Berikut, dewi melihat sejumlah tren modest wear sejumlah pekan mode dunia! (RW) Dok: Dewi
 

 

Author

DEWI INDONESIA