Mengenal Bali Melalui Tiga Zaman yang Berbeda Bersama The Anvaya
The Anvaya beach resort menawarkan konsep Bali dalam tiga zaman yaitu, Bali Aga atau Bali mula, Hindu Dharma Bali, dan Bali Modern.
7 Dec 2016


1 / 2
Bali seakan tak pernah habis memukau setiap wisatawan yang datang. Selalu ada hal baru yang dapat dieksplorasi dari Pulau Dewata ini. Tak jauh dari bandara internasional I Gusti Ngurah Rai, sebuah beach resort terbaru dari Santika Hotel Group bias menjadi opsi berlibur menutup tahun. The Anvaya Beach Resort, bangunan yang berdiri megah di atas tanah seluas 3,7 hektar ini persis berada di jalan Kartika Plaza, Kuta. Berdampingan dengan sejumlah toko, restoran, kafe, pub, hingga pusat perbelanjaan seperti Lippo Mall Kuta dan Discovery Shopping Mall Kuta. Singkatnya, ia berada di pusat keramaian yang tak pernah padam.
 
Lalu lalang kendaraan dan dentuman musik yang tak berkesudahan, nyatanya tidak membuat kenyamanan menginap di The Anvaya berkurang. Memasuki The Anvaya rasanya seperti ditarik ke dimensi lain dan tak lagi hirau dengan hiruk pikuk duniawi. Anvaya, sebuah nama dari bahasa Sanskerta, yang memiliki arti hubungan atau koneksi, menjadi sebuah konsep dasar berdirinya The Anvaya sebagai hubungan antara manusia, budaya, alam, dan spiritual. Konsep hubungan ini terefleksikan melalui dekorasi ruang, pelayanan, hingga penyajian makanan.
 
The Anvaya Beach Resort membuat konsep resor mereka berbentuk refleksi “Bali Tiga Zaman”, yaitu Bali Aga atau Bali mula, Hindu Dharma Bali, dan Bali Modern. Zaman Bali Aga, di mana agama Hindu belum memasuki Bali, tampil pada ukiran khas Bali pada tiang dan dominasi penggunaan warna bumi yang berada di ruang rapat, kamar tipe Deluxe, dan Restoran Kunyit. Masuknya agama Hindu yang dibawa Kerajaan Majapahit menandakan peralihan menuju zaman Hindu Dharma Bali. Zaman ini digambarkan dengan penyajian yang meleburkan unsur tradisional dan modern pada dekorasi kamar Premier, Deluxe Suite, dan Premier Suite. Terakhir adalah zaman Bali Modern, yang mengambil dekorasi minimalis dan tampilan ruang berbahan kaca, tersaji dalam The Sands Restaurant, 10 vila, serta wine cellar.
 
Pertama kali melangkahkan kaki memasuki The Anvaya, alunan gamelan Bali menyambut ditemani semilir angin yang menenangkan. Di belakang para pemain gamelan, terdapat sebuah kolam signature dengan jajaran menara khas Bali. Kalau diperhatikan dengan baik pada lorong bagian kanan dan kiri menuju lobi utama, terdapat gentong untuk menampung curahan air hujan, salah satu bentuk koneksi dengan alam. Dari area lobi, layangkan pandangan Anda lurus ke belakang, samar-samar deburan ombak dan wangi angin laut menyeruak. Ya, tepat di bagian belakang The Anvaya adalah Pantai Kuta. The Anvaya berada persis di bibir Pantai Kuta.
 
Setelah check in, dewi memulai hari dengan mencicipi masakan tradisional khas Bali dan Indonesia di Restoran Kunyit, spesialisasinya adalah masakan tradisional Bali dan Indonesia. Setelah memilih tempat duduk, pelayan akan meminta Anda meletakkan tangan di atas baskom, untuk kemudian air dituang dari teko untuk membasuh tangan. Katanya, ritual ini digunakan oleh kalangan elite puri sebelum menikmati hidangan. Adaptasi tradisi lainnya adalah Megibung, penyajian lauknya beragam dalam satu wadah dan yang paling tua diwajibkan makan terlebih dahulu. Uniknya, jika terdapat menu sate, masing-masing hanya boleh mengambil satu dan wajib dimakan belakangan. Tradisi ini berasal dari zaman Bali Aga, tepatnya diperkenalkan oleh Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem.
 
Setelah dibuka dengan proses cuci tangan, menu pertama yang disajikan berupa sup ikan, kemudian beriringan dua jenis nasi, putih dan merah, lalu hidangan utama disajikan dengan beragam lauk pauk dalam satu pinggan, terdiri dari beragam kuliner khas Bali, dari seafood bakar, sate lilit, sambal matah, hingga lawar. Penutupnya, aneka kue-kue yang kita kenal dengan jajanan pasar.
 
Selesai bersantap dan tenaga mulai pulih, pilihan untuk mengembalikan energi positif dalam tubuh dapat menjadi pilihan. The Sakanti Spa, spa modern yang terinspirasi dari pijat tradisional dan warisan bahan-bahan lokal Bali, mampu mengusir lelah selama di perjalanan dan mengembalikan energi. Bekerja sama dengan Elemis, brand skincare premium dari Inggris, menawarkan lebih dari 30 ritual spa, mulai dari massages, body scrubs hingga facials, manicures, dan pedicures.
 
Selepas berkeliling Kuta dan mencari ketenangan, tutup hari dengan menikmati pemandangan detik-detik matahari terbenam di private beach, temannya segelas wine terbaik dari wine cellar The Sands Restaurant. Perjalanan melintasi Bali tiga zaman seolah mengundang untuk kunjungan selanjutnya di The Anvaya. (TA) Foto: dok. The Anvaya Beach Resort, Bali
 

 

Author

DEWI INDONESIA