Menjajaki Atap Dunia, Destinasi ke Pegunungan Tibet
Destinasi yang menenangkan hati dan juga menantang, Tibet.
22 Mar 2018


1 / 3
Sebagai seorang fotografer dan pencinta traveling, berkunjung ke suatu tempat yang cantik atau eksotis bukan hal baru untuk saya. Namun perasaan yang saya rasakan ketika berkunjung ke Tibet belum pernah saya alami sebelumnya. Negeri ini komplit dalam artian memuaskan panca indera dengan pemandangan yang begitu beragam serta memiliki kebudayaan dan kepercayaan yang begitu mendarah daging sehingga terpancar dalam setiap gerak-gerik kehidupan masyarakatnya.
 
Secara geografi, Tibet terdiri dari pegunungan, danau, serta sungai antara Asia Tengah, Timur dan Selatan. Tibet sering disebut ‘puncak dunia’ karena berada di ketinggian rata-rata 4.950 meter di atas permukaan laut. Negeri ini juga memiliki beberapa gunung tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest yang berlokasi di perbatasan Tibet dan Nepal, dengan puncak tertinggi mencapai 8.848 meter.
 
Baca juga: Melihat Keindahan Istana Potata di Tibet Dari Berbagai Sudut
 
Banyak hal yang tidak biasa selama berada di Tibet. Salah satunya, makanan dan minumannya. Sebagian besar makanan dan minumannya berasal dari yak. Sempat menginap di biara, saya melihat makanan para biksu. Menunya setiap hari sama, makanan vegetarian. Namun untuk turis, pada hari pertama saya disuguhi daging, walau saya tak yakin 100 persen itu adalah daging.
 
Minumannya punya cerita tersendiri, yang paling saya ingat adalah butter tea. Rasanya seperti minum mentega cair. Ketika mencoba saya hanya berhasil menyesap sedikit saja. Katanya minuman ini berkhasiat untuk menambah energi dan menahan udara dingin, tapi saya merasa sedang minum kolesterol.
 
Walau dengan segala keanehan toilet dan teh yang rasanya hanya seperti mentega di mulut saya, keinginan untuk kembali ke Tibet tetap kuat. Perjalanan saya yang hanya satu minggu ini terasa sangat kurang untuk mengeksplorasi Tibet. Saya bahkan sudah punya daftar tempat yang harus saya kunjungi di perjalanan saya berikutnya ke Tibet. Larung Gar, kota para biksu. Foto: dok. Vicky Tanzil

 

Author

DEWI INDONESIA