Kencan Haru Serta Romantis Pasangan Steven Tjandra dan Katarina Aie
Penerimaan keluarga dan kedamaian menjadi kunci Steven Tjandra dan Katarina Aie untuk bersatu dalam pernikahan.




“Tidak baik kalau kita hendak menikahi seseorang tanpa bilang terlebih dahulu kepada orangtuanya tentang rencana untuk melamar pasangan,” ujar Steven Tjandra, seorang arsitek pemilik biro arsitektur Atelier TT. Ia adalah suami dari Katarina Febriyani, seorang blogger dan Social Media Influencer. Kami bertemu di kawasan Cityloft Sudirman, Jakarta. Di sela waktu Steven dan Aie, sapaan Katarina, menata kantor baru mereka yang ada di gedung tersebut.
Beberapa bulan sebelum Steven melamar Aie, ia bertandang seorang diri ke kediaman Aie dan mengutarakan niat untuk menikahi Aie kepada kedua orangtuanya. Restu datang dari orangtua. Sejak itu Steven merancang sebuah konsep acara lamaran. “Saya menelepon kakak saya yang berprofesi sebagai florist. Saya memintanya untuk membuat box hitam yang di dalamnya berisi bunga dengan bentuk kata WYMM ( Will You Marry Me). Ia bersedia membuat box itu. Ini adalah kali pertamanya membuat produk yang akhirnya ia namakan Blooming Box,” katanya.

Persiapan tak berhenti di sana. Steven lantas membuat album foto yang berisi gambar kehidupan keluarganya. Dimulai dari potret kedua orangtuanya ketika muda, pernikahan mereka, momen bersama anak-anak, hingga foto-foto jenaka Steven dan saudara-saudara kandungnya ketika mereka masih kanak-kanak. Setelah album dan bunga jadi, Steven merancang agenda kencan yang dikhususkan untuk pergi ke tempat-tempat yang belum pernah Aie kunjungi.
Kencan itu berujung di waktu makan malam di Restoran Bunga Rampai, Menteng Jakarta. Steven telah mereservasi satu ruangan agar mereka bisa lebih leluasa bicara. Di sana mereka banyak berbincang. Mulai dari hal sepele sampai pada hal penting yang menyangkut kehidupan berkeluarga.
Saat itu pula Aie mengisahkan salah satu ketakutan terbesarnya. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa kehadiran kedua orangtua. Aie meneteskan air mata ketika menceritakan cobaan yang pernah dialami keluarganya yakni saat sang ayah divonis menderita kanker limfoma yang menyerang otak. Selama tiga tahun Aie merasa tidak tenang melihat kondisi ayahnya. Sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, ia memiliki kedekatan erat dengan kedua orangtua.

Steven menenangkannya. Ia mengingatkan Aie bahwa kita tidak bisa mengontrol segala sesuatu, “Ada awal ada akhir.” Tetapi Steven yakin bahwa dirinya mampu menjaga Aie. “Itu momen yang membuat saya merasa yakin bahwa Steven adalah pria yang tepat untuk saya,” tutur Aie yang berkata sambil menyeka air mata haru.
Setelah momen tersebut, Steven menunjukkan album foto buatannya sembari bercerita tentang anggota keluarganya. “Selama berpacaran, saya belum pernah datang ke rumah Steven. Saya bertemu seluruh anggota keluarganya saat sedang ada acara di luar rumah. Album foto ini membuat saya mengenal keluarga Steven lebih dalam,” tutur Aie.
 
All the stars suddenly lining up,” tutur Steven jika mengingat peristiwa-peristiwa yang mendekatkannya dengan Aie. Bersama Aie, Steven merasakan damai. Bahkan di pertemuan pertama, Steven mampu merasakan bahwa Aie adalah pribadi yang tulus dan apa adanya. Steven mengaku lelah dengan kondisi hubungan yang membuat seseorang tidak menjadi dirinya sendiri dan sibuk membangun citra sesuai dengan yang pasangan inginkan. Ia pernah terjebak di situasi tersebut pada hubungan terdahulu.
“Dengan Aie, semua berjalan lancar. Saya merasa diterima di keluarganya. Hal itu sangat penting bagi saya. Orangtua Aie sudah seperti orangtua saya sendiri. Saya sangat menghargai bahwa mereka memilih untuk menerima saya,” kenang Steven dengan nada penuh kelegaan. Ia mengamati beberapa kawan yang menjalani hubungan tanpa restu penuh dari orangtua dan hubungan tersebut penuh dengan perjuangan keras.

 “Marriage is a lot of fun. Yang jelas saya merasa lebih berbahagia sekarang daripada dulu saat saya single. Saya benar-benar merasa punya partner hidup di mana kami bisa saling mendukung untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Saya merasa peaceful,” kata Steven yakin. (JAR) Foto: dok. Katarina Aie&Steven Tjandra.
 

 

Author

DEWI INDONESIA