Inilah Kontribusi Aktivis Tuli Surya Sahetapy untuk Indonesia
Surya Sahetapy memberikan pemahaman pada orang-orang yang melihat tuli dengan sebelah mata.
28 Aug 2017




“Sebagai Aktivis Tuli, saya dan kawan-kawan memperjuangkan akses bahasa isyarat dan teks Bahasa Indonesia supaya masyarakat Tuli dan Hard of Hearing bisa memberikan kontribusi dalam pembangunan negeri Indonesia,” ujar Surya Sahetapy. Sejak tahun 2012, Surya bergabung dengan organisasi Tuli dan Disabilitas untuk mengupayakan meningkatkan kesadaran tentang hak-hak Disabilitas berdasarkan Undang-Undang no. 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas serta Undang-Undang no. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang DIsabilitas.

Surya kerap bertemu orang-orang yang berpandangan sempit dan beranggapan negatif tentang keberadaan orang Tuli. Karena itu, ia berupaya mengajak publik agar memahami masyarakat Tuli melalui belajar bahasa isyarat serta menggaungkan pentingnya memahami eksistensi dan potensi teman-teman disabilitas. “Perlu ada gerakan dan ide positif sepert menanamkan kesadaran, menciptakan toleransi, dan memahami disabilitas melalui program dalam kurikulum pendidikan. Saya berharap pemerintah dan masyarakat sedini mungkin memahami disabilitas,” kata Surya.

Bagi Surya, cinta tanah air adalah berupaya memajukan Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan. Selain juga perlu melestarikan toleransi dalam keragaman di Indonesia. Cita-cita Surya adalah membuat Indonesia menjadi negara yang ramah disabilitas. Surya Sahetapy memperjuangkan kesamarataan hak untuk kaum Tuli. Seperti misalnya  hak mendapatkan informasi, hak kesempatan kerja, penggunaan teks Bahasa Indonesia di televisi, dan patuhnya perusahaan pada peraturan yang mengharuskan membuka lowongan pekerjaan untuk orang berkebutuhan khusus. Surya ingin tidak ada lagi orang yang tidak mengetahui tentang Tuli atau pun malu saat memiliki anggota keluarga yang Tuli. Bahwa menjadi Tuli tidak lah menutup pintu berekspresi yang bisa dilakukan melalui gerak, visual, dan isyarat.

Surya bersama rekan-rekannya turut membuka kelas Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) untuk mempermudah orang Tuli dalam berkomunikasi. BISINDO juga memperkenalkan cara komunikasi orang Tuli kepada masyarakat, supaya pemahaman mengenai kebutuhan disabilitas semakin meluas. Surya bilang, “Tuhan mengambil pendengaran saya, tetapi menjadi Tuli tidak menghalangi hidup. Saya bangga menjadi warga negara Indonesia dan berusaha mencintai negeri ini dengan memperjuangkan akses bahasa isyarat dan teks Bahasa Indonesia. Agar mempermudah kami untuk lebih mengenal Indonesia sekaligus merawat rasa cinta kami untuk Indonesia,” (RR) Foto: Adhitya Himawan
 

 

Author

DEWI INDONESIA