Komunitas Salihara Kembali Menyelenggarakan Festival Kesenian, Salihara Performing-arts Festival 2016
14 kelompok tari, musik dan teater asal Indonesia, Amerika, Australia, Austria, Inggris, Jerman, Kanada dan Malaysia hadir dalam ajang SIPFest 2016.
8 Dec 2016



 Setelah beberapa kali penyelenggaraan, Festival Salihara, sebuah gelaran seni dua tahunan yang diadakan rutin oleh Komunitas Salihara sejak berdirinya pada 2008, festival yang selalu menghadirkan seniman pertunjukan dan musik dari berbagai negara ini bersalin nama menjadi Salihara International Performing-arts Festival  SIPFest.
Meski mengalami perubahan nama, SIPFest tetap melanjutkan visi internasional yang sudah diusung Festival Salihara, dan mecoba memperkuatnya dengan aspek rekreatif yang membuat pertunjukan-pertunjukan yang dihadirkan tak hanya berkualitas, tapi juga menghibur dan bisa diterima oleh penikmat seni yang lebih luas. Menurut Nirwan Dewanto yang menjadi kurator ajang ini, SIPFest juga mengedepankan aspek edukasional dengan menyelenggarakan sejumlah lokakarya bersama seniman-seniman penampil.
Dalam ajang SIPFest 2016 yang berlangsung sepanjang pertengahan September hingga awal November lalu, tampil 14 kelompok tari, musik dan teater dari Indonesia dan berbagai Negara lain seperti Amerika, Australia, Austria, Inggris, Jerman, Kanada, dan Malaysia.
Dua koreografer Indonesia, Eko Supriyanto dan Fitri Setyaningsih menggelar karya terbaru mereka Bala Bala dan Mega Mendung. Bala Bala diangkat Eko dari interaksinya dengan masyarakat Jailolo, Halmahera Barat di Maluku Utara. Gerakan lambat dan berirama mendekonstruksi bentuk dan irama tarian Soya-soya dan Cakalele yang selama ini dimainkan oleh laki-laki—menyingkapkan kekuatan perempuan. Sementara Mega Mendung digubah Fitri dari ingatannya tentang mimpi yang menyambangi tidurnya ketika ia kecil. Dalam mimpi itu, ia bertemu seorang nenek yang mengatakan bahwa mega-mega akan membawanya ke langit.
Selain Eko dan Fitri, dari Indonesia tampil pula Kalanari Theatre Movement yang menampilkan pentas teater site-specific. Karya Eko dan Kalanari merupakan pertunjukan perdana dunia (world premiere) sebelum dibawa berkeliling ke berbagai negara pada 2017 mendatang.  Kelompok-kelompok dari luar negeri juga banyak yang tampil dengan karya-karya yang bersifat world premiere atau Asia premiere. Misalnya, Benoît Lachambre & Montréal Danse (Kanada), She She Pop (Jerman), Lukas Ligeti & Hypercolor (Austria dan AS), The Human Zoo Theatre Company (Inggris) dan Chong Kee Yong (Malaysia). (ISA), Foto: Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widi Cahya
 

 

Author

DEWI INDONESIA