Simak Seni Pameran Arsitektur Tubaba
Menggali kreasi seni modern untuk peluang positif bagi masyarakat Tubaba
10 Oct 2017







Nemen. Nedes. Neremo Tersebutlah tiga buah kata yang dalam bahasa Indonesia punya arti kerja keras, tahan banting, dan menerima. Kata-kata tersebut dianggap sebagai moto masyarakat Tublang Bawang Barat, Lampung yang disingkat Tubaba. “Banyak orang berkata bahwa Tubaba ialah daerah bukan-bukan. Bukan lintasan, bukan pula tujuan. Saya ingin kabupaten ini menjadi kota yang bukan main,” kata Umar, Bupati Tubaba.

Ia mengatakan hal tersebut di sebuah diskusi kecil yang diselenggarakan di Kopi Manyar, Bintaro, Jakarta. Di sana tengah ada pameran arsitektur tentang Tubaba. Andramatin didaulat menjadi tim arsitek yang membangun sejumlah bangunan modern dengan tujuan membuat kota ini terlihat indah dilihat.

Masjid dan sesat agung jadi dua bangunan yang sudah berdiri di sana. Selebihnya akan ada museum seni, gelanggang olahraga, sekolah terpadu, dan Q Forest. Di Q Forest akan ada prasasti yang memuat pendapat dari berbagai kepala negara di dunia tentang pelestarian lingkungan.

Di museum seni juga akan ada penampilan dari seniman setempat. Hanafi sedang melatih mereka untuk mengolah rasa dan menuangkannya ke berbagai medium. “Teater menjadi hal yang paling diminati. saya harap Tubaba mampu menonjolkan karateer seninya sendiri. Sebuah seni tradisi yang dikemas secara kontemporer,” ujar Hanafi.  
Dari segi perekonomian, Umar berharap Tubaba bisa menjadi kawasan industri. Ia berkata hendak menyeimbangkan potensi industri dan pelestarian budaya Tubaba, “Kita punya masterplan.” Masterplan tersebut memenuhi satu dinding ruang pamer. Gambar dan pameran ini bisa dilihat sampai akhir November 2017. (JAR) Foto: Dok. dewi.
 

 

Author

DEWI INDONESIA