Tarian Warna Ketiga
Seni tari dan rupa, kembali beririsan dengan indah melalui lukisan abstrak maestro tari Sardono W. Kusumo
10 Apr 2012


1 / 3
Setelah memamerkan karya-karya visualnya dalam Choreography of Colours (Vivi Yip Art Room – 2009), Choreography of Colours #2 (Nadi Gallery – 2010), maestro tari Indonesia itu, kembali bermain-main dengan warna dalam Choreography of Colours #3: White Box Transparent Body yang kali ini digelar di Semarang Contemporary Art Gallery. Di buka pada malam ini (4/4), pameran yang kembali dikuratori Enin Supriyanto ini masih mengusung agenda lama, mendedah wacana pembaharuan untuk menyikapi proses kreatif tari. Sarana ekspresi berpindah dari panggung pertunjukan ke atas kanvas ketika Sardono mengeksplorasi gerakan yang ia lakukan. “Tari telah memiliki batasan-batasan teknik, estetik, dan visual, di mana pada era globalisasi ini, ada tuntutan masyarakat penikmat, pemilik, pemerhati, dan pelakunya untuk tidak hanya disadarkan akan pentingnya harmoni dalam cakupan tari sebagai wacana pertunjukan saja. Namun cabang dan bidang seni di luar tari telah memilihnya untuk saling silang dalam interdisiplin dari berbagai bidang seni yang ada,” tulis Enin dalam kuratorialnya.

Choreography of Colours #3 memang tak cuma menjadi irisan antara seni tari dan visual. Lewat sub acara “White box”, pameran ini juga mempertemukan dua ranah seni itu dengan gagasan tentang ruang dan membuktikan bahwa sisi-sisi spesifik dari sebuah kota -berwujud galeri seni rupa atau ruang publik seperti mal- sejatinya dapat membuka diri untuk ikut merayakan kolaborasi lintas bidang seni. Adanya argumentasi bahwa tari dengan leluasa mampu berdialog dengan gerak, koreografi, dan intelejensia kebertubuhannya, terlihat juga mampu menembus batas-batas rupa visual, dan puitisasi dari sebuah kolaborasi lintas bidang di ranah seni rupa. Untuk itu tawaran menari dalam "kotak putih" ini sebenarnya adalah sebuah tawaran dalam bidang tari untuk dapat memasuki ruang-ruang tanpa batas yang telah menyemarakkan wacana senirupa, ruang kota dan seni tari di luar konvensi sebuah seni pertunjukan. Melengkapi pameran yang akan berlangsung hingga 21 April ini, akan pula digelar serangkaian pertunjukan tari yang diisi oleh penari-penari ternama Indonesia seperti Martinus Miroto, Eko Supriyanto, juga pemutaran film documenter tentang tari karya penari Yola Yulfianti. (ISA), Foto: Dok. Semarang Gallery

 

Author

DEWI INDONESIA