
Putaran waktu kembali membawa akhir tahun ke hadapan mata. Rasanya inilah waktu yang paling tepat, untuk membungkus segala pencapaian di sepanjang tahun dengan setumpuk kegembiraan. Berkumpul dengan teman dan keluarga, menikmati hidangan istimewa, bahkan membuka jaringan pertemanan baru. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada menutup tahun dengan sikap positif, dan menjadikan tantangan hidup yang sempat dihadapi sebagai pelajaran berharga.
Bagi dewi yang baru saja merayakan hari jadi ke-25 pada akhir 2016, menghadapi tahun-tahun penuh gejolak bukan lagi sesuatu yang baru. Dewi percaya bahwa tantangan hanyalah bumbu penyeimbang bagi keindahan hidup yang selalu kami rayakan. Dan dengan suasana hari raya Natal yang menunjukkan diri setiap akhir tahun, kami antusias untuk menandai momentum ini dengan bersantap aneka hidangan khas Natal. Tapi, jangankan setiap daerah, bahkan setiap keluarga pun bisa memiliki hidangan khas Natal yang berbeda-beda. Dewi melihat ini sebagai kesempatan untuk bersenang-senang menyusun menu dari berbagai masakan istimewa. Sama halnya dengan menyusun outfit of the day menggunakan pilihan busana serta aksesori yang harmonis.
Mulai dari menu utama, begitu lah keputusan kami saat membuat daftar hidangan kali ini. Bayangan akan steak dari Bistecca yang sedang hangat dibicarakan penikmat kuliner Jakarta, muncul dalam benak. Tak ada salahnya kali ini memilih daging sapi untuk main course Natal, sebagai alternatif dari ayam kalkun panggang yang juga populer. Luca Pezzera, chef/restaurateur pendiri Bistecca mengusulkan Oven Roasted 200 Days Grain Fed OP Rib yang kami terima tanpa protes sama sekali. Daging iga sapi yang dipanggang sempurna itu ia sajikan di pinggan metal. Tampak luarnya terlihat cokelat matang, namun begitu diiris terlihat bagian dalamnya berwarna merah jambu, mengisyaratkan tekstur daging yang juicy. Luca dengan percaya diri tak menambahkan saus apa pun untuk menguatkan rasa daging sapi panggangnya. Hanya beef jus yang secara alami dihasilkan daging pada proses pemanggangan. Belum lagi sekawanan side dish yang menggoda selera, terdiri dari truffle mashed potatoes, cherry tomatoes, dan rocket lettuce. Tambahan balsamic vinegar asal Italia, menyempurnakan cita rasa sayuran.
Daging sapi panggang yang gurih, nyaris membuat kami merasa ‘bersalah’ menyantapnya. Tetapi hidangan pembuka perjamuan ini, yaitu Noel Salad yang kaya serat dan nutrisi, meredam perasaan ‘bersalah’. Salad istimewa ini adalah kreasi Fernando Sindu, chef berbakat pendiri Benedict Jakarta. Komposisi salad mencakup mesclun kale, cranberry, biji delima, roasted pine nuts, dan salmon yang sudah dibumbui daun dill. Crumbled blue cheese, irisan tipis apel dan dressing vinaigrette dari jeruk grapefruit ruby red, menjadikan salad ini semakin meriah layaknya hari Natal impian. Terdengar seperti hari Natal meriah yang menyehatkan? Semoga saja. Karena sebetulnya rasa ‘bersalah’ sempat terbersit pula saat kami menyantap hidangan pembuka berikutnya yang juga tercipta dari tangan Fernando: Roasted Butternut Squash Soup. Sup krim berlumur truffle oil ini hadir dengan tampilan dan aroma yang menggoda selera. Sepasang foie gras dumpling dengan remah smoked beef di atasnya, muncul di permukaan sup bagai mimpi terliar seorang pencinta kuliner sejati.
Kali ini, simpan saja rasa bersalah menikmati segala hidangan istimewa itu. Karena sekali lagi, ini adalah momentum akhir tahun untuk mengapresiasi pencapaian dalam 12 bulan terakhir. Dewi pun menyambut hangat duet hidangan penutup buatan Simon Tailpied, head chef Cork & Screw Jakarta. Ada Pavlova dengan raspberry sorbet dan es krim blue cheese, yang tema warnanya menyerupai pohon Natal di tengah-tengah hari bersalju pada bulan Desember. Cita rasa kecut dari sorbet dan karakter meringue yang ringan menjadikan si dessert klasik Pavlova sebagai palate cleanser yang menyenangkan. Es krim blue cheese, seperti sengaja dibuat untuk memanjakan hati. Sedangkan pecan tart dan vanilla ice cream yang menyusul sesudahnya, menghadirkan kontrasnya tart hangat dan es krim yang menyejukkan secara bersamaan.
Momen akhir tahun dan suasana hari raya yang penuh kehangatan, bagi dewi adalah saat yang tepat untuk berkenalan dengan kawan-kawan baru. Sederet hidangan istimewa menjadi andalan untuk mencairkan suasana. Kali ini, ada sepasang teman akrab yaitu Astri Melati dan Jennifer Karjadi yang kerap saling membantu dalam urusan mencicipi makanan. Keduanya bergabung dengan kakak beradik Renata dan Robyn Lukmito yang mewarnai persaudarian mereka dengan berbisnis bersama.
GUEST LIST
Astri Melati
Pebisnis wanita ini menekuni usaha keluarga di bidang distribusi alat radio komunikasi, seperti walkie talkie. Astri memegang jabatan project manager, biasa bekerja sama dengan lembaga pemerintah seperti Basarnas dan lainnya yang bergerak di bidang keamanan. Perusahaan swasta juga ada yang menjadi kliennya. Untuk menunjang kariernya dan melancarkan bisnis yang terbilang tak mudah ini, Astri giat menambah ilmu tentang teknologi terbaru yang berhubungan dengan radio telekomunikasi. Setiap expo dan pameran baik dalam dan luar negeri kerap ia sambangi. Ia pelajari baik-baik setiap komponen teknologinya agar mampu memberi penjelasan yang baik pada klien. Saat memiliki waktu luang, Astri gemar menuntaskan kecintaannya pada makanan. Tak jarang ia berperan sebagai pencicip makanan bagi temannya yang menekuni profesi sebagai restaurateur.
Jennifer Karjadi
Ia adalah pencair suasana pada perjamuan kali ini. Sikapnya yang murah senyum dan mudah tertawa dapat dipastikan mendukung kesuksesannya sebagai co-founder kelompok restoran Union Group. Sudah satu dasawarsa berlalu, dan grup ini terlihat semakin percaya diri dengan berbagai ekspansinya. Tahun 2016 yang akan segera berakhir, menyaksikan hadirnya dua restoran Union Group dalam waktu berdekatan yaitu The Dutch dan Bistecca. Belum lagi restoran Benedict ke-dua yang akan buka di Pacific Place menggantikan Canteen. Awal 2017 nanti, pembukaan restoran berikutnya sudah menunggu Jennifer. Ia optimis bahwa pasar semakin baik dan daya beli meningkat, dan penikmat kuliner juga kian banyak yang mengapresiasi restoran dengan kombinasi ambience bagus serta makanan berkualitas tinggi. Hadirnya kompetitor yang juga semakin gencar, baginya adalah tantangan seru.
Renata & Robyn Lukmito
Dua nama kakak beradik ini terpatri pada bendera Renata & Robyn Atelier, perusahaan yang bergerak di bidang produksi furnitur sekaligus kontraktor desain interior. Target pasar mereka adalah ritel dan residensial high end. Renata yang duduk di posisi Direktur Pelaksana, adalah lulusan Psikologi dari Barnard College, Columbia University. Sementara Robyn yang menjabat sebagai Direktur Kreatif, mengantongi titel desainer interior dari Parsons School of Design di New York. Ruang pamer Renata & Robyn Atelier di kawasan Kebayoran Baru, menyiratkan nuansa Parisian Style dan gaya vacation home ala Hamptons. Beberapa produk mereka antara lain sofa, meja, bangku, karpet, lampu hias, karya seni dekoratif, perlengkapan dapur, hingga teknologi home automated system. Selama setahun berdiri, respon pasar mereka anggap sangat baik. Renata dan Robyn juga membawa misi mengenalkan material Indonesia yang tak kalah dari produk impor. Kayu jati, misalnya. Tak hanya itu, melalui RR Atelier Reforestation Project, Renata dan Robyn menunjukkan kepedulian terhadap alam dan hutan. Mereka melakukan penanaman kembali pohon untuk menggantikan yang telah ditebang. Kepuasan mereka dalam bekerja, di antaranya datang dari keberhasilan menerjemahkan kemauan klien yang sering kali di luar kebiasaan.
MAKNA DAN TRADISI NATAL
Astri mengakui, hari Natal yang selama bertahun-tahun ia rayakan di negeri Paman Sam, sangat membekas dalam ingatannya. Ia lama bermukim di sana sejak usia belasan tahun, menempuh pendidikan menengah atas di sekolah Santa Catalina, Monterey Bay, lalu dilanjutkan di University of South Carolina. Tradisi tukar menukar kado adalah sesuatu yang diakrabinya. Beranjak dewasa, Astri mengikuti orang tuanya yang beribadah Malam Natal lebih larut. Momen termanis baginya adalah saat ibunda menghidangkan Kue Lapis Surabaya kegemaran, yang istimewa karena dibuat menggunakan cokelat Valrhona. Tepat pada hari Natal, Astri dan keluarganya pergi bersama untuk menikmati brunch, misalnya di The Dharmawangsa.
Meriahnya perayaan Natal di Amerika, juga senantiasa diingat oleh Renata dan Robyn yang pernah tinggal di New York. Mereka sering merindukan pohon Natal di berbagai sudut jalan di sana, pernak-perniknya, hingga Sinterklas yang berjalan-jalan membagikan permen. Sekembalinya ke tanah air, berkumpul dengan keluarga besar dan merencanakan liburan bersama menjadi penanda musim Natal. Tak jauh berbeda dengan keluarga kebanyakan, agenda hari raya adalah beribadah di gereja lalu pergi untuk santap brunch di hari berikutnya. Renata yang kini sudah berkeluarga, harus membagi waktu antara keluarga suami dan keluarganya sendiri. “Agar tak terjadi kecemburuan,” katanya. Ia juga menghargai Natal sebagai bonding time, dan sudah tak sabar menanti saatnya tukar kado.
Momentum hari besar Natal adalah berkah yang menjadi perekat hubungan keluarga, tak terkecuali bagi Jennifer. Ia mengisi malam Natalnya dengan mengikuti misa di gereja dan bersantap malam dengan ibu serta adiknya. Hari Natal, giliran ia merayakan bersama ‘anak-anaknya’ di Union Group. Jennifer biasa membentuk tim lalu menentukan tema dan dekorasi Natal untuk tiap restoran. Pohon Natal yang didatangkan khusus dari Puncak, Jawa Barat, tahun demi tahun menyemarakkan suasana di Loewy, E&O, Cork & Screw, Benedict, dan mulai tahun ini ditambah Bistecca. “Natal adalah mengenai kebersamaan, jadi saya pasti akan ada untuk keluarga dan anak-anak dari Union Group,” Jennifer bertutur. (MUT, TA) Foto: Eight Motion Photography